Jika Anda berpikir kasus Bali Nine akan berpengaruh terhadap angka kunjungan wisatawan Australia ke Pulau Dewata, maka Anda salah, demikian situs Australia, www.news.com.au, membuka tulisannya. Meskipun banyak retorika menyebut hukuman mati atas Myuran Sukumaran dan Andrew Chan akan mempengaruhi pariwisata di pulau itu, sayangnya, angka terbaru menunjukkan hal sebaliknya.
Jumlah wisatawan Australia ke Bali selama dua bulan terakhir justru meningkat. Menurut situs itu, dibanding periode yang sama tahun lalu, angkanya naik 16,7 persen.
Namun, mengutip Presiden Indonesia Institute, Ross Taylor, nasib para penyelundup narkoba Bali Nine bukan penghalang daya tarik warga Australia berkunjung ke Bali. Daftar paling atas, katanya, adalah larangan minuman keras yang mulai diberlakukan hari ini.
Mulai hari ini, larangan penjualan minuman beralkohol golongan A berkadar lima persen di mini market akan diberlakukan di seluruh Indonesia. Aturan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) no 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.
Taylor mengatakan sementara rincian aturan ini belum dibahas, usulan itu disebutnya membuat "ngeri" banyak pihak. "Pandangan saya sendiri adalah bahwa akal sehat akan menang. Tapi saya akan berhati-hati untuk mengatakan bahwa ada beberapa kelompok agama di Indonesia yang benar-benar mendapatkan momentumnya sekarang," katanya pada AAP.
Taylor mengatakan sentimen nasionalis berjalan sangat tinggi di Indonesia, terutama jika berkaitan dengan warga asing. Ia mencontohkan hukum Syariah di Aceh.
"Sangat ketat. Bahkan orang asing dapat ditangkap di Aceh karena tidak berpakaian dengan tepat," katanya.
"Saya tidak anti-Indonesia, tapi pemerintah Jokowi menunjukkan semua tanda-tanda yang naif, disfungsional, dan hilang arah dalam hal ini," katanya.[rgu]
KOMENTAR ANDA