Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mungkin lupa bahwa keunggulan Presiden Joko Widodo selama ini adalah di pencitraannya. Dengan demikian, menyerang Jokowi di arena terbuka sangat tidak produktif dan bahkan bisa menjadi blunder untuk Megawati sendiri.
"Sebagaimana blunder Taufik Kiemas yang menyerang SBY sebagai Jenderal kekanak-kanakan," kata Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika), Sya'roni, dalam keterangan Sabtu malam (11/4).
Melalui pidato Megawati, ungkap Sya'roni akhirnya rakyat mengetahui bahwa intervensi partai politik itu memang nyata adanya. Jokowi selaku presiden tidak bisa menjalankan hak preogratifnya secara mutlak. Bahkan, rakyat bisa berpikir bahwa meroketnya harga-harga merupakan kesalahan Megawati yang tidak memberikan keleluasaan Jokowi untuk bekerja.
"Jokowi sangat diuntungkan dengan Pidato Megawati. Di saat kepercayaan publik terhadap kinerjanya menapaki lereng menukik. Muncul pidato Megawati yang dengan terang mengkonfirmasi adanya intervensi partai. Akhirnya, rakyat yang mulai berpaling memutuskan untuk kembali mendukung Jokowi," ungkap Sya'roni.
Dalam Pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan Megawati mengingatkan soal hubungan partai dan pemerintah. Sementara dalam penutupan Kongres, Megawati menegaskan bahwa kader partai banteng yang duduk di pemerintahan atau menjadi wakil rakyat adalah petugas partai.
"Kalau ada yang tidak mau disebut petugas partai, keluar!" tegas Megawati.
Banyak yang percaya, pernyataan Megawati ini sindiran untuk Jokowi. [hta]
KOMENTAR ANDA