post image
KOMENTAR
Salah seorang waga yang menjadi korban penyerangan massa "Masyarakat Pribumi Indonesia" saat berunjuk rasa di Kantor Walikota Medan, Jalan Maulana Lubis menyayangkan sikap anarkis beberapa pengunjuk rasa terhadap dirinya dan beberapa rekannya.

Menurutnya, rombongan mereka yang berjumlah sekitar 7 orang bukanlah warga keturunan Tionghoa seperti yang dituduhkan penunjuk rasa.

"Saya warga Betawi, saya datang ke Medan karena ada undangan dari perusahaan di Hotel Aston," kata Andrian yang mengaku berasal dari Jakarta, Jumat (10/4/2015).

Andrian dan rekan-rekannya mengaku memilih berjalan kaki melewati para pengunjuk rasa dengan harapan tidak mengganggu aksi blokir jalan yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa tersebut. Ia bahkan tidak mengetahui apa yang menjadi tuntutan para pengunjuk rasa sehingga mereka tidak merasa khawatir akan menjadi korban.

"Kami nggak tau apa tuntutan mereka, tiba-tiba saja kami diteriakin C**a trus kami didorong, dimaki dan dilempar sendal. Kami ini tamu di Medan. Saya heran pendemo kok nggak hargai tamu?," ketusnya.

Ia juga mengaku kecewa dengan sikap dari petugas kepolisian yang terkesan lamban mencegah para pengunjuk rasa menyerang mereka.

"Saya heran kenapa polisi kok nggak berani membubarkan mereka, apa karena dibekingi kali ya," ungkapnya lagi.

Diketahui aksi unjuk rasa massa yang "Masyarakat Pribumi Indonesia" berunjuk rasa menuntut agar Pemko Medan mendesak pengembang Center Poin yang merubuhkan bangunan masjid Al Hidayah. Aksi ini dilakukan dengan memblokir jalan Kapten Maulana Lubis sehingga arus lalu lintas macet total.[rgu]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel