Beberapa menteri yang ada di dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK memang tidak berkualitas.
Bila mau dibedah lebih lanjut, menteri-menteri yang disponsori Jusuf Kalla lah kurang moncer prestasinya, terutama dalam membenahi perekonomian nasional.
Demikian dikatakan pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi. Dirinya memberi contoh berupa kenaikan bahan bakar minyak (BBM), gas, listrik serta naiknya harga-harga kebutuhan. Ini merupakan paramater untuk mengukur kinerja menteri.
Akibat kinerja yang kurang moncer, masyarakat yang memilih Jokowi-JK pun menjadi jengah karena janji-janji kampanye mulai meleset satu persatu.
"Ibarat di pertandingan sepakbola dulu dijanjikan menang dengan skor besar. Ternyata sekarang malah kerap kebobolan gol dan tanda-tanda kekalahan sudah di ambang mata," jelas Ari Junaedi, yang juga dosen di Program S2 Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Kamis (9/4/2015).
Ari menilai miss-manajemen kerap dialami pemerintahan Jokowi-JK selama lima bulan terakhir ini. Maka tak heran hal tersebut mengundang usulan perlunya dilakukan perombakkan kabinet.
"Terjadinya miss-manajemen di pemerintahan Jokowi-JK lebih disebabkan tidak adanya dirigen tunggal. Antara Jokowi dan JK jalan sendiri-sendiri, serta para menterinya juga cari selamat dan selalu ingin narsis di media massa," demikian Ari. [ben/rmol]
KOMENTAR ANDA