Seniman Kota Medan, Teja Purnama menyebutkan, program Medan Berhias yang dicanangkan oleh Pemko Medan memiliki makna yang sarat dengan keinginan untuk membuat kota Medan benar-benar menjadi kota yang mempesona. Sayangnya, program tersebut menurutnya tidak lebih ibarat "Make Up" yang hanya membuat tampilan luar menarik, namun "isi dalamnya" tidak secantik yang terlihat.
"Medan hijau itu mana? kita tidak melihat itu hanya wacana untuk menanam bunga pada taman-taman dipinggir jalan saja. Sementara yang lebih besar seperti ruang terbuka hijau mana?," katanya saat berbincang dengan medanbagus.com, Senin (6/4/2015).
Teja menyebutkan, kota yang indah adalah kota yang memiliki ruang terbuka hijau yang representatif. Bukan hanya untuk keindahan semata, namun juga sebagai penyejuk bagi kelestarian alam dan kehidupan manusia.
"Taman kota misalnya warga Medan sangat membutuhkan taman kota sebagai tempat untuk berbaur, bercengkerama agar tidak terus-terusan menjadi orang yang individualis," ungkap pemilik puisi "Akulah Medan" ini.
Bukan hanya itu, bagi Teja bentuk penghargaan terhadap pejalan kaki juga tergerus akibat program tersebut. Pot-pot besar yang dipasang pada trotoar menurutnya menjadi salah satu bentuk bahwa program tersebut sangat tidak sehat.
"Pejalan kaki dijajah oleh pot-pot besar yang ditempatkan hingga ke trotoar, tidak menghargai pejalan kaki," ungkapnya lagi.
"Dengan membenahi ruang hijau, maka medan akan bagus dan sehat. Ibarat manusia, jika orangnya sudah sehat maka auranya akan terlihat cantik. Tanpa berhias pun dia sudah menarik," sindirnya.
Diketahui program Medan Berhias merupakan salah satu program Pemko Medan untuk menata kembali taman-taman kota. Program ini digagas oleh Walikota Medan, Dzulmi Eldin dan berada dibawah penanganan Dinas Pertamanan Kota Medan. Program ini disebut menelan biaya hingga Rp 5 miliar.[rgu]
KOMENTAR ANDA