Kabar ini sungguh mengejutkan. Produk-produk mi instan yang diolah di pabrik milik PT Olagafood yang terletak di Jl Sentosa, Kelurahan Butubedimbar, Tanjungmorawa, Deliserdang, Sumut, ternyata dalam pembuatannya dicampur dengan produk mi yang telah kedaluarsa.
Kabar ini disampaikan oleh Sukirmansyah, Operator penggorengan, bersama dua belas karyawan lainnya mengatakan bahwa yang ada di dalam video itu adalah mereka sendiri.
"Ini sudah kami kerjakan sejak bulan sepuluh (November 2014) sampai bulan dua (Februari 2015) ini. Karena saya operator penggorengan, jadi saya bisa lihat dengan jelas adonan yang diaduk rekan saya di Operator Mixer, Sulistio," katanya dilansir tribun, kamis (19/3/2015).
Sulistio membenarkan Sukirmansyah. "Saya mencampurkan tepung AA Giling (sebutan tepung giling berasal dari mi kedaluarsa atau expired) dengan tepung segar," ujarnya seraya menambahkan, tepung AA Giling yang dicampurkan sebanyak 15 kg per setiap adonan. "Sehari-hari kami membuat adonan sebanyak 37 kali adonan," sebutnya.
Bukan cuma tepung kedaluarsa, dalam proses pengerjaan selanjutnya, para pekerja yang digaji rata- rata Rp 2 jutaan per bulan ini juga diperintahkan untuk mencampur adonan dengan mi yang tidak terpakai atau tidak dikemas lantaran hancur.
"Proses selanjutnya adalah perebusan. Di sini kami disuruh untuk memasukkan kembali mie yang hancur atau jatuh ke tempat mesin penggorengan. Padahal kami tahu itu sudah jorok. Kadang mau protes, tapi ya bagaimana. Kami inisiatif menyiramnya dengan air panas. Setelah direbut baru masuk ke penggorengan," ujarnya.
Lelaki yang sudah bekerja di Olagafood selama 14 tahun ini mengatakan hasil produk dari tepung yang mereka campur ini ada tiga jenis.
"Produk yang dicampur dengan tepung AA Giling ini hanya untuk produk yang diedarkan di lokal saja, seperti merk Alhami, Santrimie, dan Alimi. Sedangkan yang untuk mie vegetarian (Maitri) dan ekspor (termasuk varian Alhamie, yaitu Hi Fiber) tepungnya tidak dicampur," katanya seraya menambahkan, mi-mi yang dicampur dengan tepung AA Giling susah dikenali.
"Tunggu empat bulan dulu produknya baru tahu kita yang mana yang dicampur dan mana yang tidak. Biasanya mi yang dicampur lebih cepat rusak, baunya apek, dan warnanya lebih pucat," ujarnya.
Ketika ditanya kenapa mau melakukan pekerjaan seperti ini? Sukirmansyah dan Sulistio mengatakan terpaksa karena mereka hanya pekerja dan takut dipecat.
"Tapi lama-lama kami nggak tahan juga," kata mereka. Menurut Sukirman dan Sulistio, sejumlah pekerja yang coba-coba "berontak", sekarang sudah ada yang dipecat dan dirumahkan.
Pihak perusahaan sendiri tidak merespon ketika dikonfirmasi. Termasuk ke pihak manajemen yang berkantor di kawasan Jl Sutomo, Medan.
"Humas sedang tidak ada. Kami tidak bisa memberikan konfirmasi," kata seorang karyawan di kantor Olagafood tersebut.[rgu]
KOMENTAR ANDA