Presiden Jokowi menyaksikan penandatangan MoU penyelamatan sumber daya alam antara KPK dengan kementerian di Istana, Jakarta, pagi ini, Kamis (19/3/2015), Jokowi berharap, penandatangan itu tidak sekadar seremonial belaka.
"Saya ingin ingatkan bahwa acara pagi ini jangan sekadar untuk seremonial biasa, bukan sekedar simbolik. Tapi benar-benar memulai untuk aksi bersama, bekerja bersama semua elemen bangsa untuk mengopimalkan sumber daya alam memberikan manfaat pada raktar," jelas Jokowi.
Menurut Presiden, yang penting dalam penandatangan ini ada tindak lanjut. Jangan hanya semangat saat penandatangan, sementara tindaklanjut tidak ada.
"Jangan tekan tekennya saja. Dulu ada tandatangan pakta integritas, semua tandatangan. Tetapi seperti yang disampaikan ketua KPK, indeks persepsi korupsi kita masih jauh dengan negara tetangga, urutannya 107. Yang penting adalah tindak lanjut pada pertemuan kita hari ini," jelasnya.
Dengan sumber daya alam yang banyak, harusnya Indonesia bisa tumbuh dengan baik. Tapi ironis, Indonesia justru kalah dengan negara-negara yang miskin sumber daya alam.
"Melihat kondisi sumber daya alam kita, Anda merasakan kegelisahan dan keprihatinan. Kondisi sumber daya alam kita tahu semuanya, tetapi kenapa kita jauh dengan negara maju yang miskin sumber daya alamnya, padahal kita maju pada berangkat di waktu yang sama," jelas Jokowi.
Jokowi membandingkan perekonomian Indonesia dengan Korsel. Menurutnya, di era-era awal, GDP Indonesia lebih besar dari Korsel.
"GDP Korsel 4,7 miliar dolar AS, Indonesia 5,9 miliar dolar AS saat itu. Berangkatnya sama-sama, kita lebih baik GDP-nya. Tetapi kita lihat sekarang, bandingkan negara kita dengan Korsel," tandasnya.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA