Demam batu akik saat melanda seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Mulai dari pejabat, pengusaha bahkan sampai ke kalangan pelajar, membicarakan batu akik. Batu akik selalu dibahas di tempat kerja, warung, pasar dan lainnya.
Hampir di setiap jalan, usaha tempat membuat dan mengasah batu yang dapat dijadikan batu cincin. Tempat-tempat itupun ramai dikunjungi dari berbagai kalangan. Ada yang memakai batu akik untuk keindahan, sekadar ikut-ikutan maupun menganggap batu tertentu memiliki khasiat dan kekuatan gaib.
Menurut Psikolog Irna Minauli mengatakan, fenomena batu akik merupakan "demam" sesaat yang membuat orang merasa kepanasan dan berupaya untuk mendapatkan benda yang dianggap dapat membuat dirinya tidak ketinggalan dengan trend.
"Beberapa masyarakat cenderung akan mengikuti apa yang dimiliki orang - orang di sekitarnya. Bagi mereka yang mudah terpengaruh trend ini akan berusaha untuk memiliki batu akik agar tidak ketinggalan," ungkapnya, Selasa (17/3).
Ia menilai, trend batu akik juga akan membuat seseorang ingin mendapatkan batu yang diinginkannya dengan cara apapun.
"Karena tidak ingin disebut, ketinggalan maka masyarakat akan berupaya mendapatkannya walaupun dengan mencurinya. Ini dilakukan agar mereka dapat memilik batu akik seperti temannya miliki. Apalagi mereka yang meyakinkan batu itu memiliki pengaruh positip," ungkapnya.
Ia mengingatkan, jangan sampai tren batu akik ini membuat orang menjadi stres. “Tren batu akik saat ini bisa saja membuat orang menjadi stres, karena apa yang diharapkan dari batu akik yang dimiliki tidak sesuai dengan yang diharapkan,” ujarnya.
Menurut Irna, suatu tren itu ada yang berputar atau ada masa-masanya. Biasanya orang tertarik itu karena adanya seperti rumus AIDA.
“A adalah atention atau perhatian yang muncul karena pemberitaan media, promosi dari teman, yang batu itu ada istimewanya misalnya tembus pandang dan sebagainya. Ini membuat orang tertarik dan menjadikan orang Interest (berminat) untuk mengetahui lebih lanjut tentang batu-batu itu, mungkin dia akan tanyakan pada sumbernya atau teman-temannya,” katanya.
Kemudian D (disayer) atau hasrat untuk mendapatkan batu-batuan itu. Baru A nya Action untuk pembelian dan sebagainya. “Tren ini fenomenanya tiap era pasti ada, seperti mode, seperti orang tertarik dengan gaun yang mahal, saya lupa namanya. Jadi ini seperti tren mode yang biasanya diciptakan orang yang punya minat dalam bidang tersebut,” imbuhnya.
Sambungnya, orang melihat publik figur, tetapi orang belum berminat namun adanya pemberitaan orang menjadi tertarik. Biasanya orang yang ingin sama dengan orang lain, akan lebih mudah mengikuti mode, tak ingin ketinggalan zaman atau berbeda dengan org lain.
"Tren batu akik ini, tidak ada pengaruhnya ke kejiwaan. Paling kalau disertai dengan unsur mistis, percayai batu ini, batu tertentu, bisa menarik perhatian lawan jenis atau meningkatkan rezeki. Secara psikologis menjadikan orang yang berpikiran yang salah, mempercayai sesuatu yang belum tentu. Ketika hal itu tidak menjadi kenyataan, ia jadi kecewa," jelasnya.
Untuk itu, jelasnya, ia menghimbau kepada masyarakat agar jangan mudah terpengaruh oleh trend yang sering diciptakan oleh para produsen untuk mendapatkan keuntungan mereka.
"Kita juga tidak boleh terlalu percaya pada khasiat batu-batuan tersebut yang belum tentu kebenarannya," pungkasnya. [hta]
KOMENTAR ANDA