Batu teratai menjadi favorit warga di sekitar sungai Melati, Kecamatan Sawit Seberang. Batu berkualitas dengan motif bunga teratai itu membanggakan wilayah yang masuk dalam area perkebunan milik PTPN II.
Sejak demam batu melanda Sumatera Utara setahun belakangan, banyak pemburu batu berinvestasi ke sungai yang membelah pemukiman warga dengan lahan sawit milik PTPN II. Berbondong-bondong orang merangsek dan memburu batu aneka warna yang memiliki corak khas itu.
Namun, ternyata batu teratai bukan satu-satunya andalan yang dijagokan warga dan pemburu yang datang dari luar daerah. Selain teratai, sejumlah batu seperti batu giok dan jenis kalimaya juga menjadi incaran karena memiliki nilai jual yang tinggi.
Menurut Kepala Lingkungan Pasar Sawit Seberang, Adi Sumardi, Sungai Melati yang sejak beberapa waktu lalu mulai dipadati pemburu batu menyimpan sebuah harta karun yang cukup menggiurkan.
"Giok dan Teratai sini cukup terkenal bagi pemain batu, Bang. begitu juga dengan jenis kalimaya. Harganya bisa gila-gilaan," ujar dia.
Mengenai Kalimaya, menurut Adi, Sungai Melati menyimpan sebuah bongkahan yang ukurannya cukup besar.
"Tempo tempo waktu, batu itu kelihatan kok bang dari permukaan air. Warnanya merah. Taksiran beberapa orang yang pernah melihatnya sekitar 1-5 ton," ujar dia, Selasa, (10/3).
Namun, lanjut Adi, meski kerap terlihat memantulkan cahayadari dalam air yang keruh, batu yang diperkirakan jenis kalimaya itu tak bisa diangkut.
"Setiap akan diambil, tempatnya bergeser. Begitu penuturan saksi yang pernah laporan ke saya, " ujar lelaki 40 tahuan ini.
Dikatakan Adi, kalimaya yang belakangan menjadi hangat dibicarakan warga dan pemburu batu, bukanlah kalimaya biasa.
"Pernah ada yang berniat mengangkatnya, orang itu dimimpikan dan dikasih pesan agar memenuhi beberapa syarat untuk bisa mengangkat kalimaya itu," kata dia sambil menambahkan bahwa akhirnya batu itu tetap tak bisa diambil meskipun syarat sudah dipenuhi.
Menurut Adi, batu itu dijaga mahluk asral. "Khusus kalimaya yang itu, nampaknya dijaga mahluk goib. Karena kemunculannya yang mendadak dan suka berpindah-pindah lokasi," ujar dia.
"Sampai kini, masih ada yang melihat batu itu memantulkan warna merah dari dalam air. Beberapa warga dan pemburu batu masih membicarakan batu kalimaya itu. Tapi kalau saya sendiri, masih sebatas menerima laporan dan cerita dari mereka saja, bang," ujar Adi. [hta]
KOMENTAR ANDA