Pekerjaan konstruksi didalam negeri dipastikan akan terkendala akibat nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar Amerika. Demikian disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Medan, Rudi Zulham Hasibuan, Selasa (10/3/2015).
Menurutnya, pekerjaan konstruksi menjadi salah satu sektor bisnis yang paling parah terkena imbas melemahnya nilai rupiah tersebut. Sebab, berbagai bahan konstruksi masih harus di impor dari luar negeri.
"Baja misalnya, harganya semakin tinggi akibat nilai tukar rupiah yang melemah," katanya.
Bagi para pengusaha konstruksi, kondisi ini akan menambah biaya yang mereka keluarkan untuk pelaksanaan proyek. Disisi lain, mereka tidak akan mudah untuk menaikkan harga sebab pengerjaan konstruksi selalu diawali dengan surat perjanjian yang didalamnya juga mencantumkan biaya pengerjaan.
"Misalnya pas perjanjian harga baja masih didasarkan saat nilai rupiah masih sekitar rp 12 ribu, ternyata sekarang menjadi Rp 13 ribu. Kita harus tetap melaksanakannya dengan resiko menambah biaya produksi karena sudah tertera dalam surat perjanjian," ungkapnya.
Khusus di Kota Medan, beberapa pengusaha konstruksi atau pemborong menurutnya sudah banyak yang mengeluh dan sebagian bahkan berhenti berproduksi sembari menunggu adanya perbaikan nilai mata uang tersebut. Akibat kondisi ini dipastikan pekerjaan konstruksi akan terhambat.
"Meski tidak signifikan namun kalau saya perkirakan akan terhambat sekitar 10 sampai 20 persen pengerjaannya," jelasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA