Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji 12 kilogram dilakukan pemerintah dinilai membuat pusing masyarakat. Karena, kenaikan itu akan memicu inflasi dan menanmbah beban oleh masyarakat.
"Kenaikan harga BBM dari Rp6600 menjadi Rp6800 dan dan elpiji mengalami kenaikan Rp5.000 per tabung menjadi Rp134.700 per tabung sangat membebani masyarakat. Apalagi saat ini cukup berat akibat kenaikan harga beras yang diduga adanya permainan mafia beras," kata Direktur Lembaga Advokasi Perlindungan Konsume (LAPK), Farid Wajdi, Senin (2/3).
Ia mengaku, alasan pemerintah menaikkan kedua harga untuk menjaga kestabilan ekonomi dinilai tidak masuk akal.
"Seharusnya, pemerintah harus membuat kebijakan tepat terkait harga BBM dan elpiji 12 kilogram. Jika harga kedua jenis bahan bakar ini dibiarkan mengikuti harga pasar, akan sulit meredam inflasi," ungkapnya.
Mekanisme harga BBM yang naik turun ini, jelasnya, juga akan membuat pengusaha lebih sulit dalam membuat perhitungan harga.
Misalnya, ketika harga BBM naik per November 2014, mereka sudah terlanjur menaikkan harga produk-produknya.
"Para pengusaha transportasi juga sudah menaikkan tarifnya. Ketika harga BBM turun, mereka tidak mau menurunkan harga produknya dengan alasan harga-harga lain juga tidak turun. Akhirnya, masyarakat juga harus menanggung kerugiannya. Intinya, efek naik turun harga BBM makin menambah pusing masyarakat," pungkasnya. [hta]
KOMENTAR ANDA