Cara politik setiap suksesi dan kontestasi kepemimpinan di Indonesia masih terasa sangat kasar dan tidak santun. Dan jika ini terus menerus disajikan kehadapan bangsa ini tentunya akan menjadi contoh yang sangat tidak patut diteladani. Politik cerdas dan berakhlak yang diidam-idamkan semua rakyat di Indonesia masih "jauh panggang daripada api". Demikian disampaikan koordinator nasional Relawan Bersama Rakyat Bantu Harimau Nasional (BeRTuHAN), Sabtu (24/01/2015).
"Saling silang KPK-Polri, tokoh nasional Abraham Samad-Harso, kepentingan kelompok politik ini-itu ditayangkan oleh media. Semua tersaji dan menjadi hal yang membuat rakyat merasakan ketidakpastian hukum semakin menjadi-jadi. Kalaulah begini adanya dan tidak ada pihak yang mampu menyelesaikan secara profesional dan proporsional. Maka saling silang petinggi negara, negarawan yang bersih akan bertahan," ujar Rizal.
Kemarin, sambung Rizal, setelah pak Jokowi menyebut kemenangannya adalah kemenangan rakyat, akan membaik pula sistem negara ini menjadi berpihak kepada meminjam istilah PDIP - "wong cilik".
"Kalau terus menerus perseteruan dan saling seruduk para petinggi terjadi di kepemimpinan pak Jokowi selaku presiden RI, apalah bedanya presiden sekarang dengan presiden sebelumnya. Tapi herannya kita ke luar negeri pak Jokowi mampu tegas, di dalam negara sendiri, bawahannya saling baku hantam di hadapannya seolah tidak menganggap sang presiden ada," keluhnya.
Dikatakannya, para petinggi yang bermasalah dan bersalah agar berhati-hati dan segeralah bertaubat. Ingatlah kematian pasti datang, jangan lah lagi berlomba-lomba menumpuk harta dan kekayaan, terlebih lagi dengan cara-cara culas seperti korupsi.
"Ini sudah bermasalah dan bersalah ngotot pula mau jadi pucuk pimpinan, tau dirilah tuan-tuan, kembalilah kepada Tuhan," pungkasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA