
"Kenapa saya sampaikan darurat? Karena yang harus direhabilitasi sekarang ini ada hampir 4,5 juta generasi muda kita. Yang sudah tidah bisa direhabilitasi 1,2 juta," kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada peresmian Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (20/1/2015).
Presiden yang dalam kunjungan kali ini didampingi Ibu Negara Iriana menambahkan, yang meninggal, mati karena narkoba setiap hari kurang lebih ada 50 orang perhari. Berarti satu tahun kira-kira ada 18 ribu orang meninggal karena narkoba. Karena itu, Presiden Jokowi meminta agar masjid yang besar dan megah seperti Masjid Raya Mujahidin yang baru diresmikannya, digunakan untuk syiar, dan di dalam syiar itu, ia titip masalah narkoba.
"Perlu kita sadarkan semuanya lewat masjid-masjid, sampaikan bahaya narkoba," pinta Jokowi.
Terkait dengan pelaksanaan eksekusi mati terhadap 6 (enam) terpidana narkoba, Presiden Jokowi menyebutkan, ada 64 yang sudah divonis hukuman oleh pengadilan.
"Bukan oleh presiden lho ya. Hati-hati, yang memvonis adalah pengadilan," ujarnya.
Para terpidana mati itu, lanjut Jokowi, meminta grasi kepadanya, tetapi semua ia tolak.
"Meskipun banyak tekanan dari sana-sini, tapi sekali lagi, kita memang sudah dalam posisi darurat narkoba," tegas Jokowi.
Menurut Kepala Negara, yang terkena masalah narkoba tidak hanya anak-anak muda. Tapi instansi-instansi, semuanya kemasukan. Tidak hanya di PNS, tidak hanya di Polri, semuanya kemasukan.
"Terakhir universitas, pembantu rektor saja bisa terkena masalah ini," terang Jokowi seraya menegaskan sikapnya akan tetap menolak grasi bagi terpidana narkoba.
Presiden menitipkan pesan kepada kyai-kyai, kepada ustadz agar menyampaikan betul masalah bahaya narkoba itu, karena betul-betul sangat merusak pondasi kita.[rgu]
KOMENTAR ANDA