
"Selama ini, pemerintah hanya memandang taman budaya sebagai tempat teater, menari, bermusik dan seni lainnya," ungkapnya dalam diskusi bersama Gubernur Sumatera ,Gatot Pujo Nugroho dan Walikota Medan, Dzulmi Eldin, di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Sabtu (10/1).
Kondisi ini dikritik oleh Bersihar seperti burung manyar yang dalam regenerasinya selalu melakukan hal yang sama mulai dari menetas, beranjak dewasa, kawin dan membangun sarang untuk anak-anaknya.
"Artinya cara berfikir kita masih berulang-ulang saja mengenai seni dan budaya, harusnya kita out of the box," ungkapnya.
Ia mengusulkan, salah satu cara untuk membuat taman budaya sebagai pusat pendapatan bagi daerah adalah dengan membuat skala prioritas bagi pelaku seni untuk mengembangkan seni dan budaya untuk 'dijual' kepada publik.
"Diluar negeri ada pusat pertunjukan teater, sehingga muncul seniman sekelas romeo juliet dan sebagainya. Jadi pekerja seni sejahtera, dan seni itu sendiri akan berkembang," demikian Bersihar. [rgu]
KOMENTAR ANDA