Pasca penyerangan brutal ke kantor reaksi Charlie Hebdo, sejumlah media di Denmark menunjukkan simpati dengan cara menayangkan kembali karikatur-karikatur yang pernah dimuat media Perancis itu.
Namun, hal itu tidak terjadi di media besar Jylland Posten. Media yang pernanh menyulut kemarahan kaum muslim sedunia dengan memuat karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad pada 2005 lalu itu tidak memuat karikatur Charlie Hebdo.
"Kami hidup dengan ketakutan akan serangan teroris selama sembilan tahun, dan ya, itu penjelasan mengapa kami tidak mencetak ulang kartun tersebut, apakah buatan kami atau milik Charlie Hebdo," kata redaksi Jyllands-Posten sembari menambahkan "Kekerasan benar-benar terbukti".
Sejak Jyllands-Posten menerbitkan 12 kartun berbagai seniman pada September 2005, sebagian besar menggambarkan Nabi Mohammad, gelombang unjukrasa terjadi di seluruh dunia Muslim. Menurut Jyllands Posten, akibat reaksi demo tersebut sedikitnya 50 orang tewas, termasuk akibat ancaman teror yang dibuktikan.
"Perhatian pada keselamatan karyawan kami adalah yang terpenting. Kami juga menyadari (potensi diserang) bahwa oleh karena itu, kami tunduk pada kekerasan dan tekanan." tulis Jyllands Posten lagi.
Sementara itu, sebagian besar media terkemuka Amerika Serikat menolak menunjukkan kartun bermasalah Nabi Muhammad pada Rabu sesudah tersangka kelompok keras di Paris menewaskan 12 orang di kantor majalah satir Prancis "Charlie Hebdo".
Sumber berita berjaringan "Daily Beast" dan "Slate" menerbitkan kartun itu, tapi terbitan utama Amerika Serikat, termasuk "New York Times", "Wall Street Journal", Reuters dan Associated Press, tidak.
Beberapa menyatakan pedoman mereka menyerukan penghindaran atas penerbitan gambar atau bahan lain, yang bertujuan menyinggung kepekaan keagamaan.
"Setelah pertimbangan cermat, redaktur "Times" memutuskan bahwa menggambarkan kartun tersebut akan memberikan pembaca keterangan cukup untuk memahami berita hari ini," kata wanita juru bicara Perusahaan New York Times Danielle Rhoades Ha melalui e-mail.
Bill Marimow, redaktur "Philadelphia Inquirer", mengatakan kepada Reuters, "Kami tidak akan menurunkan kartun itu dalam keadaan apa pun. Pemikiran itu cuma menghina puluhjutaan Muslim daripada menjelaskan sesuatu dalam kata."
Demikian pula Associated Press, yang menurut juru bicara Paul Colford memiliki kebijakan sejak lama menahan diri dari menggunakan gambar memicu. [hta]
KOMENTAR ANDA