Wakil Ketua Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Utara, Safrizal Elbatubara menilai, kegiatan reses yang dilakukan anggota dewan setiap tahunnya tidak memberikan arti apa-apa di masyarakat. Pasalnya produk reses yang dihasilkan hanya sebatas seremoni dan menghabiskan anggaran, serta belum menyentuh masyarakat secara keseluruhan khususnya di daerah pemilihan mereka masing-masing.
"Pernahkah masyarakat tahu berapa biaya yang dikeluarkan setiap dewan menggelar reses baik di DPRD Medan maupun DPRD Sumut?. Apa yang sudah dihasilkan dari pertemuan itu?. Sama sekali tidak ada realisasinya. Cuma seremoni. Sehingga, biaya milliaran rupiah yang dikeluarkan untuk even itu menguap sia-sia," ketusnya kepada MedanBagus.Com, Kamis (11/12).
Lebih lanjut Safrizal menambahkan, anggota dewan yang melakukan reses sudah pasti istirahat dari rutinitas ke dewanan dengan alibi menyerap aspirasi masyarakat, yang kemudian dijadikan program prioritas. Namun dalam melakukan kegiatan itu, pasti ada cost (biaya) yang dikeluarkan.
“Tapi cost yang keluar ini juga harus seimbang antara jumlah pengeluaran dengan produk yang dihasilkan. Kalau produknya tidak jelas, dan tidak bermanfaat, untuk apa digelar reses,” imbuhnya.
Idealnya, sambungnya, hal-hal yang digali dalam reses bukanlah yang bersifat umum saja. Haruslah secara mendalam, sehingga nantinya bahan tersebut bisa bermanfaat dan menjadi pertimbangan sebagai dasar perubahan atau pembangunan di Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan khususnya.
“Jangan mengangkat hal-hal yang rutin saja. Kalau hanya seperti itu sih tidak perlu digali pada saat reses, tapi cukup saat kerja rutin saja. Setiap anggota DPRD yang reses wajib memberi laporan hasil reses, diinventarisasi dan diekspos agar hasil kerjanya bisa diuji oleh masyarakat,” pungkasnya.
Untuk diketahui, anggaran reses setiap dewan di Sumatera Utara bervariatif. Di DPRD Sumut, anggaran reses dewan diberikan sebesar Rp50 juta untuk individunya. Sementara di DPRD Medan, setiap dewan diberikan anggaran Rp. 22 juta. [hta]
KOMENTAR ANDA