Kunjungan Paus Fransiskus ke Turki pada Jumat (28/11) hingga Minggu (30/11) lalu menyiratkan dukungan Vatikan pada upaya negeri yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan bergabung dengan Uni Eropa.
Demikian penilaian Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI) Universitas Indonesia (UI) Abdul Mutaali dalam keterangannya yang diterima redaksi.
Sikap Paus Fransiskus ini bisa dibaca sebagai keinginan Vatikan merevisi sikap sebelumnya yang pernah disampaikan Paus Benediktus.
Menurutnya, Sri Paus Fransiskus memandang penting peran Turki dalam geopolitik Timur Tengah karena Turki memiliki dua kartu truf di pentas politik internasional.
Pertama, Turki merupakan anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) jauh sebelum berupaya menjadi anggota Uni Eropa.
Kedua, Turki merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-20 di dunia. Itu sebabnya Turki masuk menjadi anggota G-20 bersama dua negara Muslim lainnya, Indonesia dan Saudi Arabia.
Jika Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke-10 terbesar di dunia, jelas Mutaali, maka Saudi Arabia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi kelima terbesar di dunia. Dengan kondisi ini, Turki berperan penting dalam geopolitik Timur Tengah.
Faktor pendukung lainnya, paparnya, Iran tidak bisa diharapkan untuk bekerjasama dengan Barat karena tidak punya hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan ideologi kultural yang berbeda dengan negara-negara Timur Tengah lainnya.
Mutaali pun menilai Turki merupakan negara yang cukup lihai dan fleksibel dalam pentas politik internasional. Khususnya, dalam menjaga keseimbangan antara negara Barat dan Timur (Islam). Apalagi, jelasnya, relasi diplomatik antara Vatikan dan Turki sudah dimulai sejak Turki masih berbentuk Kekhalifahan Usmani. [zul/rmol]
KOMENTAR ANDA