Jika waktu kerja perempuan dikurangi dua jam, maka perusahaan-perusahaan justru akan semakin enggan untuk menerima pekerja perempuan.
Demikian diungkapkan pendiri Jurnal Perempuan dan Pelita Univeritas Indonesia (UI) Gadis Arivia saat jumpa pers 'Menolak Pernyataan JK tentang Pengurangan Jam Kerja Perempuan' di kantor Jurnal Perempuan, Menteng, Jakarta, Kamis (4/12).
"Nanti perusahaan malah maunya cari pekerja laki-laki yang bisa kerja sampai delapan jam, bukan enam jam. Ini justru Wapres JK menghambat perempuan memproleh pekerjaan," sebut dia.
JK, lanjut Gadis , dinilai tidak cerdas dalam mengeluarkan wacana agar jam kerja perempuan dikurangi. Jika wacana tersebut terwujud, maka akan membuat derajat perempuan semakin rendah dan banyak mendapat perlakuan diskriminasi.
"Mindset (pola pikir) Pak JK ini terbelakang dan malah mundur," sindir aktivis gerakan perempuan ini.
Tak hanya itu, Gadis juga mengingatkan pemilih Jokowi-JK pada Pilpres 2014 lalu kebanyak perempuan. Bukan tidak mungkin, dengan adanya wacana ini perempuan akan melawan dalam jumlah yang banyak juga.
"Pemilih Jokowi-JK itu kebanyak perempuan, pak JK harus ingat itu," tandas Doktor filsafat Universitas Indonesia ini. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA