MBC. Pemerintah dinilai tidak cepat tanggap dalam menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Padahal harga BBM internasional mangalami penurunan drastis hingga kisaran 60 dolar AS per barrel.
Demikian dikatakan mantan ketua DPR RI, Marzuki Alie dalam rilisnya, Kamis (4/12).
"Kalau melihat harga minyak dunia saat ini yang sudah mencapai kisaran 60-65 dolar AS per barrel, maka seharusnya harga-harga BBM bersubsidi maupun non subsidi sudah turun dari harga pasar di Indonesia saat ini. Makanya aneh jika harga BBM nonsubsidi saat ini tidak turun dan BBM bersubsidi tidak diturunkan, ada apa ini?,” katanya, mempertanyakan.
Ia pun mencontohkan ketika harga minyak dunia mencapai titik tertinggi yaitu pada kisaran 190 dolar AS/barrel, harga jual BBM non subsidi tertinggi saat itu tidak pernah di atas Rp 13 ribu per liter.
"Saya rasa cuma di Indonesia, rakyatnya tidak merasakan turunnya harga BBM dunia. Di seluruh dunia harga BBM sudah diturunkan. Kalaupun ada di negara-negara yang harga BBM-nya tidak turun drastis, itu karena pemerintahnya menaikkan pajak BBM," ujarnya.
"Jadi sekarang ini kalau melihat faktanya bukan negara yang mensubsidi rakyat, tapi rakyat yang mensubsidi pemerintah. Bahkan kalau pakai bahasa yang lebih keras lagi, pemerintah dan perusahaan migas di Indonesia sedang merampok rakyat Indonesia," kritiknya.
Menurut dia, kenaikan harga BBM lantaran pemerintah Joko Widodo masih meneruskan sistem tata niaga migas seperti masa lalu.
"Harusnya sistem tata niaga ini dulu yang diperbaiki, agar tidak ada ruang mafia migas untuk bermain,” ujar politisi senior Partai Demokrat tersebut.
Ia juga mengkritisi pemerintahan Jokowi yang lebih sibuk membagi-bagikan kartu ketimbang menyelesaikan permasalahan yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti migas. Termasuk disorotinya aksi blusukan Jokowi dan para pembantunya yang terkesan tanpa konsep jelas.
"Silahkan blusukan kalau sistem sudah dibangun, untuk mengecek apakah sistemnya sudah berjalan atau tidak," demikian Marzuki.[hta/rmol]
KOMENTAR ANDA