Regenerasi dalam tubuh partai politik dinilai wajib dilakukan. Hal ini lantaran partai politik merupakan organisasi berbasis kader.
Tanpa adanya regenerasi kepemimpinan di tubuh partai politik, maka partai akan mati dan akan berpengaruh terhadap situasi politik dan demokrasi di Indonesia.
Seperti halnya yang terjadi di partai Golkar, pengamat politik dan Direktur Bina Media, Wibisono memandang bahwa perseteruan yang terjadi di tubuh Golkar hanya diakibatkan adanya ambisi berlebihan dari Ketua Umumnya, Aburizal Bakrie (Ical) untuk kembali memimpin.
"Ical terlalu berambisi, seharusnya dia sadar diri, toh selama memimpin tidak ada prestasi besar yang dicapainya," ujar Wibisono di Jakarta, Kamis (27/11).
Menurut dia, dengan dipercepat proses Munas IX justru mengindikasikan adanya kepentingan tertentu, yakni memenangkan Ical kembali menjadi ketua umum Golkar.
"Sementara itu, Ical tidak membawa banyak sekali kebaikan dalam tubuh Golkar," jelas dia.
Wibisono menambahkan, wajar jika banyak kader muda Golkar menentang Ical berkuasa kembali. Sebab, banyak sekali kegagalan dan kemerosotan di tubuh partai beringin semenjak dipimpin Ical. Dijelaskannya beberapa kegagalan Ical yakni pertama, gagal mencapai target perolehan suara sebesar 30 persen pada pemilu legislatif. Pada Pemilu 2014, Golkar hanya memperoleh 14,5 persen suara.
Kedua, lanjut dia, gagal mempertahankan jumlah kursi DPR. Golkar pada Pemilu 2014 meraih 91 kursi. Lima tahun lalu, Golkar mendapatkan 106 kursi.
Ketiga, yaitu gagal menjadi calon presiden karena tak ada partai yang mau berkoalisi.
Keempat, dinilai gagal menjadi calon wakil presiden karena tak ada satu pun calon presiden yang menerima berpasangan dengan Ical. Kelima, kebijakan berkoalisi dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa gagal meraih kemenangan.
Keenam, adalah dinilai gagal mengelola partai karena dijadikan alat memperjuangkan kepentingan pribadi, korporasi, dan kroni-kroninya. Ketujuh, gagal menepati janji, yaitu membangun gedung DPP Golkar dan menyediakan dana abadi sebesar Rp 1 triliun untuk Golkar.
Kegagalan selanjutnya, lanjut dia, memecatan kader Golkar tanpa didasari pertimbangan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tak tercela.
Menurutnya, sudah sepatutnya Golkar memberikan kesempatan untuk kader mudanya tampil.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA