Presidium Parlemen Pemuda Indonesia menilai kinerja Jusuf Kalla menurun jauh. Jabatan Wakil Presiden yang kembali diembannya pada periode 2014-2019 ini kelihatan tidak begitu berfungsi. Buktinya, wacana kenaikan harga BBM yang dipastikan memberatkan rakyat tidak bisa dia antisipasi.
"Waktu dengan SBY dulu, Jusuf Kalla itu powerfull. Selain itu, dia punya cara-cara taktis mengatasi persoalan. Termasuk menghapus penggunaan minyak tanah dengan gas. Itu lumayan revolusioner dan tidak menimbulkan gejolak," jelas Presidium Parlemen Pemuda Indonesia, Ahmad Fanani, dalam keteranganya (Jumat, 14/11).
Jika Jusuf Kalla tidak mampu membatalkan rencana kenaikan BBM, tidak tertutup kemungkinan masyarakat akan menyalahkan Jusuf Kalla. Persepsi publik pasti akan tertuju kepada mantan Ketua Umum DPP Golkar itu.
Pasalnya, urusan domestik seperti ini seakan diabaikan dan disepelekan. Padahal, Jusuf Kalla pasti lebih tahu bahwa kenaikan BBM akan menyengsarakan rakyat.
"Karena mungkin sudah terlalu tua, jadi tidak seberani dulu lagi. Semestinya, JK memang sudah layak pensiun. Saatnya beliau ngurusin cucu. Ngurusin negara sudah tidak bisa diharapkan lagi," tegasnya.
Kalau gagal membatalkan kenaikan harga BBM, parlemen pemuda Indonesia merekomendasikan agar Jusuf Kalla segera mundur dari jabatannya. Itu lebih bermartabat daripada harus mengalah pada kepentingan para pemilik modal. "Biar sekalian Jusuf Kalla husnul khatimah (dikenang berhenti dari jabatannya dalam keadaan baik)," demikian Fuad yang juga mantan Wakil Ketua PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA