Direktur Lembaga Kajian Stratejik Indonesia, Muhammad Nasir, menilai pengakuan Dedy Darwis tidak mungkin benar.
Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan di pascasarjana kajian stratejik intelijen UI, Nasir mengatakan apa yang dikatakan ayah Gayatri Wailissa (17) gadis asal Ambon yang menguasai 14 bahasa asing itu tidak mungkin seperti sebenarnya. Pasalnya, tidak ada anggota BIN yang mengaku di hadapan publik.
"Sebab ketika sudah rekrut setiap agen akan disumpah dan terikat dengan kode etik. Hal ini juga diatur dalam regulasi intelijen yakni asas kerahasiaan," kata Dedy, Kamis (30/10).
Menurut Dedy, pengakuan bahwa Gayatri sudah tiga bulan menjalani masa pelatihan, itu juga dipastikan tidak benar. Sebab sumber daya agen BIN semua di tempah di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) minimal berusia 18 tahun, dan itu dilakukan di Sentul bukan di luar Sentul. Dan perekrutan BIN juga baru dilakukan secara terbuka pada awal september 2014 yang lalu.
"Jadi menurutku semua pengakuan Dedy Darwis ayahanda almarhum Gayatri itu tidak benar," ungkap Nasir.
Nasir menambahkan, klarifikasi yang disampaikan langsung oleh Kabinda BIN Maluku Brigjen Gustav Agus Irianto bahwa Gayatri bukan anggota BIN juga sudah cukup untuk membantah desas-desus tersebut.
"Gayatri belum menjadi anggota BIN. Pola rekrutmen anggota BIN yakni lulus SMU, berusia 18 tahun setelah itu masuk ke sekolah tinggi intelijen," demikian Nasir. [hta]
KOMENTAR ANDA