Setiap dua bulan sekali PLN menaikkan tarif dasar listrik. Rakyat pun harus membayar listrik semakin mahal kepada PLN untuk menutup bunga dan cicilan utang luar negeri PLN yang semakin menggunung.
Demikian disampaikan pengamat ekonomi-politik dari Institute Global Juctice (IGJ), Salamuddin Daeng, Rabu (15/10).
Menurut Salamuddin, sisi lain peringkat utang PLN semakin mantap dan masuk dalam gobal 500 fortune bersama Pertamina. Hal ini semakin membuat perusahaan ini terbius memburu utang. Setiap tahun PLN sibuk memburu utang luar negeri. Sisi lain tidak ada perubahan signifikan dari pembangunan infrasruktur dan pelayanan listrik di dalam negeri.
Ke depan, prediksi Salamuddin, daya keruk uang rakyat akan semakin ditingkatkan seiring esakan pada pemerintah Jokowi untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tentu akan memicu tingginya ongkos produksi PLN.
Namun, lanjutnya, tentu saja semua sangat bergantung pada Jokowi. Mendukung kenaikan harga listrik gila-gilaan agar PLN sanggup membayar utang. Karena jika bangkrut maka secara otomatis Asing akan mengambil alih PLN sebagaimana cita-cita mereka sejak lama.
"Konsekuensinya Jokowi harus tega mengeruk rakyat demi membayar bunga dan cicilan utang PLN tanpa tau sampai kapan utang utang itu dapat dilunasi," demikian Salamuddin. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA