Panjangnya siklus distribusi elpiji 3 kg hingga sampai ke masyarakat, membuat peluang sindikasi dan para spekulan bermain. Sebagai upaya pencegahan, maka siklus distribusi itu harus dipangkas, demi efisiensi. Hal itu disampiakan Politisi PAN DPRD Sumut Muslim Simbolon. Menurutnya gas yang biasanya dari SPBE diteruskan ke agen, pangkalan, pengecer dan masyarakat, yang membuat elpiji 3 kg menjadi langka. Akibatnya, harga gas yang ada di pasaran menjadi melonjak dan barangnya langka. Bahkan jikapun barang tersebut tersedia, tapi dijual dengan harga yang tinggi.
"Kita punya tawaran solutif, bagaimana kalau dari SPBE langsung diteruskan ke pangkalan, tidak harus melalui agen lagi. Jadi masyarakat bisa mencari gas tersebut ke tingkat pengecer," kata Muslim, Selasa (14/10/2014).
Menurut Muslim, kemungkinan pengoplosan itu terjadi pada fase gas bersubsidi itu berada di tingkat agen ke pangkalan. Dia berharap, sistem itu dapat diberlakukan dengan bantuan penegakan sistem yang konstruktif dari pemerintahan Kabupaten/Kota.
"Jadi dengan sistem seperti itu, pemerintah daerah dengan perangkatnya bisa mengurai kelangkaan dan tindakan spekulan," ujarnya.
Sebelumnya, anggota DPRD Sumut lainnya, mengatakan selisih harga yang sangat signifikan antara elpiji 3 kg dengan 12 kg membuat para spekulan tertarik untuk mencari keuntungan besar. Praktik curang yang mereka lakukan menimbulkan kelangkaan elpiji 3 kg di tengah masyarakat. Oleh karenanya, DPRD Sumut meminta semua pihak terkait untuk meningkatkan pengawasan agar kelangkaan itu tak berlangsung lama.
"Padahal sangat mudah menelusuri persoalan ini. Tinggal Pertamina hitung berapa produksi, bagaimana distribusi, pasti akan ketahuan dimana sekarang gas 3 kg menumpuk," sebut anggota Fraksi PDIP, Sutrisno Pangaribuan.[rgu]
KOMENTAR ANDA