Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnputri dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono adalah juru kunci stabilitas politik di pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Karena itu, mereka harus jadi negarawan dan berkomunikasi dengan baik," kata pengamat politik dari Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama), Dr. Andriansyah, seperti yang dilansir Rakyat Merdeka Online, Kamis (2/10).
Dia menilai SBY dan Mega mewakili dua kekuatan besar dalam perpolitikan nasional. Kalau salah satu dari mereka mempertahankan egonya maka pemerintahan mendatang akan terus terganggu.
"Sudah tiga kali saya lihat SBY buka peluang komunikasi dengan Mega. Tapi kok sepertinya masih ada keengganan Mega untuk menyambut," terangnya.
Selama komunikasi dan hubungan Mega dengan SBY tidak membaik, maka komunikasi politik di antara anak buah mereka di parlemen juga buruk.
"Kasihan, menghambat proses komunikasi politik teman-teman di parlemen. Fraksi-fraksi adalah kepanjangan tangan partai. Tapi pemimpin mereka begitu caranya," ujar Andri.
Meski begitu, Andri tidak mau menyebut Mega sebagai politisi yang minus akan sikap kenegarawanan. Yang ia lihat, Mega masih diselimuti rasa sakit hati yang dalam akibat pertikaian politik mereka di masa lalu.
"Ibu Mega ini bukan tidak negarawan, tapi cenderung tak bisa lepas dari konflik personal masa lalu, yang menurut saya tidak happy ending," ujarnya.
Ia menilai tidak ada dasar kuat yang membuat hubungan SBY dan Mega tidak bisa membaik. Mereka sama-sama saling membutuhkan demi langgengnya kepentingan politik masing-masing. Lagipula, dari semua mantan kepala dan wakil kepala negara, hanya Mega dan SBY yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
"Cuma mereka berdua yang tidak harmonis. Sebagai dua tokoh yang cukup berpengaruh sebaiknya mereka bersatu demi bangsa dan negara," tandas Andri.[hta/rmol]
KOMENTAR ANDA