Ada maksud tertentu dibalik diumumkannya arsitektur kabinet pemerintahan Jokowi-JK dengan komposisi 18 kementerian untuk profesional murni dan 16 profesional partai politik.
Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia Transparansi Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi menilai Jokowi melakukan itu untuk memangkas keterlibatan para relawan yang mendukung Jokowi di Pilpres beberapa waktu lalu.
"Artinya apa? Jokowi lebih enjoy kepada elit partai setelah komposisi diumumkan. Itu artinya goodbye kepada relawan," kata Uchok dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (28/9/2014).
Uchok menduga Jokowi-JK akan memanfaatkan relawan tersebut dengan menciptakan musuh. Siapa musuhnya, duga Uchok, Koalisi Merah Putih (KMP).
"Kan kemaren pasca KMP menang, muncul lagi relawan itu. Nah itu tandanya, relawan dibuat seperti 'anjing herder' (anjing peliharaan) saja. Kasihan relawan itu," terang dia.
Uchok menambahkan, sejauh ini yang mendapatkan tempat dalam lingkaran kekuasaan Jokowi-JK bukanlah relawan. Terlebih, dalam struktur Tim Transisi ataupun di ring dekat Jokowi.
"(Tetapi) orang terdekatnya (Jokowi) siapa? Ibu Rini Soemarno, Ari Soemarno, Raden Priyono, Darwin Silalahi, Sofyan Wanandi, itu kan orang-orang yang integritasnya dipertanyakan publik," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo mengingatkan Jokowi untuk bisa lebih terbuka dalam proses penyusunan kabinet ke publik. Sebab, belakangan Jokowi lebih terlihat tidak melibatkan partisipasi publik.
Padahal dalam beberapa kesempatan Jokowi kerap menyampaikan keinginannya mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dalam pemerintahan. Yakni dengan kembali melaksanakan ajaran Trisakti apabila terpilih menjadi Presiden RI.
"Faktanya, praktek kebijakan itu justru banyak bertentangan dengan roh Trisakti. Saya kira aspirasi rakyat diserap oleh Jokowi sehingga beberapa kali dia mengatakan, kita harus kembali ke jati diri dan ingin melaksanakan ajaran Trisakti apabila ia terpilih," tandasnya.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA