Ocehan Florence Sihombing melalui akun twitternya terus menuai kecaman. Tak hanya itu, perempuan yang mendadak tenar ini pun terpaksa berurusan dengan kepolisian.
Menanggapi penahanan FS oleh Polisi,ketua pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada AM Putut Prabantoro berpendapat, polisi seharusnya tak perlu bersikap over acting
“Saya kira siapapun warga Yogyakarta pasti merasa terhina dengan apa yang ditulis oleh Florence di media sosial. Namun dengan melaporkan dan akhirnya polisi menahannya sebagai tersangka dalam kasus tersebut saya kira itu sudah keterlaluan,” ujar AM Putut Prabantoro seperti yang dilansir Rakyat Merdeka Online, Minggu (31/8).
Menurut Putut Prabantoro, yang juga berasal dari Yogyakarta, sanksi atas kasus penghinaan itu sungguh tidak seimbang dan tidak adil jika dibandingkan dengan tindakan polisi terhadap tindak intoleransi yang mengatasnamakan SARA.
"Kasus-kasus kekerasan bernuansakan SARA itu tidak ada ujung pangkalnya dan tindakan yang dilakukan polisi pun juga tidak jelas," kritik konsultan komunikasi politik tersebut.
Jika memang Florence dianggap bersalah, menurut hemat Putut, beri saja sanksi sosial berupa pengusiran dari Yogyakarta ditambah larangan datang ke kota Gudeg itu untuk seumur hidup. Jika yang bersangkutan datang lagi di Yogyakarta, mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada akan ditangkap.
"Polisi sebaiknya tidak menggunakan standar ganda dalam penanganan kasus-kasus yang terjadi di Yogyakarta. Polisi juga harus menggunakan hati untuk menyelesaikan kasus-kasus seperti ini. Untuk kasus kekerasan pun tidak ada sanksinya, lha ini kasus yang seperti itu, langsung melakukan berita acara. Polisinya khan malah tidak berbudaya itu," jelasnya lebih lanjut.
Ia pun mengajak masyarakat Yogyakarta tetap menjunjung tinggi kebhinnekaan, keberagaman, sopan santun dan juga tepa selira. Mungkin, demikian Putut menganalisa, kasus mahasiswa pascasarjana Universitas Gadjah Mada itu hanyalah puncak gunung es dari perubahan budaya Yogyakarta yang luput dari pengamatan masyarakatnya sendiri.
Diketahui, Florence ditahan setelah beberapa lembaga di Jogyakarta melaporkan tulisan warga asal Sumatera Utara itu di sosial media. Tulisannya berbunyi: 'Jogya Miskin, Tolol dan Tak Berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung Jangan Mau Tinggal Di Jogya'. Pernyataan ini ditulis Florence karena kesal terkait peristiwa di SPBU di Lempuyangan, Yogyakarta. [hta]
KOMENTAR ANDA