Terpilihnya Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia 2014-2019 menumbuhkan harapan baru untuk penuntasan kasus pembunuhan Ativis HAM Munir.
Demikian disampaikan Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Australian Capital Territory (ACT), Shohib Essir.
"Pada 7 September 2004, Munir diracun dalam perjalanan ke Belanda untuk studi pasca-sarjana, menjadi pelajar diaspora seperti kami," kata Shohib usai meluncurkan pembukaan lomba karya sastra berjudul 'Munir, Jokowi, dan Masa Depan Indonesia' di Canberra, Australia, dalam keterangannya, Selasa (26/8/2014).
Ha senada disampaikan Awidya Santikajaya, ketua Indonesia Synergy, forum mahasiswa pasca-sarjana berbasis di Canberra.
"10 tahun sudah, tapi mengapa negara hanya mengadili pelaku lapangan? Ini sebuah kejanggalan. Kita harus mengingatkan Jokowi agar kasus Munir tidak terabaikan" tegas Awidya.
Untuk mengenang 10 tahun kematian Munir dan 10 tahun perjuangan pengungkapan kasus itu, PPIA Canberra dan Indonesia Synergy menggelar serangkaian acara. PPIA dan Synergy menyerukan tiga langkah praktis kepada publik media sosial
"Kita mengajak publik, menandatangani petisi yang dibuat Suciwati di situs Change.org/Munir, mengajak pengguna media sosial memakai gambar Munir dengan seruan #IndonesiaMenolakLupa, dan mendesak pemimpin negara menuntaskan kasus Munir," tegas Awidya.[rgu]
KOMENTAR ANDA