Selama ini sering terjadi kesalahpahaman bicara soal gender berarti cuma bicara soal perempuan. Padahal, membicarakan gender adalah membicarakan soal perempuan dan laki-laki. Jadi, harus menghadirkan keduanya.
Demikian disampaikan peneliti gender dari Cornell University USA, Rebakah Daro, dalam sebuah diskusi di kampus Universitas Atmajaya, Jakarta (Senin pagi, 18/8).
Pada kesempatan tersebut Rebakah, yang sedang meneliti soal gender pada suku Badui di Jawa Barat, mengemukakan bahwa keseimbangan peran perempuan dan laki-laki sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan di masyarakat suku pedalaman. Khususnya, perempuan memegang peranan penting dalam mengatur keseimbangan produksi dan konsumsi.
"Perempuan biasanya lebih peka dalam menjaga keseimbangan alam," ungkap kandidat doktor tersebut, dalam rilis yang dikirimkan AIFIS.
Sementara pembicara lain, anggota DPR RI terpilih dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nihayatul Wafiroh, memaparkan pengalamannya sebagai seorang perempuan yang berjuang memperoleh suara ketika menjadi calon legislatif (caleg). Sebagai caleg perempuan, ia merasakan lebih banyak tantangan karena sering dipandang "miring" oleh masyarakat yang mempertanyakan peran publiknya.
"Masyarakat banyak yang bertanya kepada suami saya, kok diizinkan untuk nyaleg? Apakah urusan rumah tangganya tidak keteteran?" ungkap kader PKB jebolan Universitas Hawaii USA tersebut.
Diskusi yang diselenggarakan oleh Universitas Atmajaya bekerja sama dengan American Institute for Indonesian Studies (AIFIS) tersebut juga menghadirkan pakar gender Nani Nurrachman yang memberikan penjelasan menarik soal peran perempuan dalam politik.
Menurut Nani, seringkali perempuan yang terjun dalam dunia politik tercabut dari karakternya sebagai perempuan. Ia lebih mengadopsi sifat-sifat laki-laki untuk eksis dalam politik. Ekspresinya bisa dalam bentuk kekerasan, oportunistik dan sebagainya.
Padahal menurutnya, justru perempuan perlu mengetengahkan sisi perempuannya dalam berpolitik untuk memberikan keseimbangan kosmik dalam politik.
"Perempuan itu identik dengan preservasi, pertumbuhan dan penerimaan sosial. Mestinya hal-hal itu yang perlu diketengahkan oleh perempuan dalam politik," pungkas pengajar fakultas psikologi Universitas Atmajaya tersebut. [rmol]
KOMENTAR ANDA