Relawan pasangan Capres nomor urut 2 Jokowi-JK menilai, gugatan yang dilayangkan kubu Prabowo-Hatta ke MK sangat kontradiktif dengan pernyataan yang pernah mereka lontarkan ke publik, bahwa menerima hasil keputusan KPU dan siap dengan kekalahan. Faktanya, setelah KPU memutuskan hasil pemenang Pilres 22 Juli kemarin, tim pemenangan pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta menemukan sejumlah kecurangan di 11 provinsi termasuk Sumatera Utara.
Menurut Koordinator Nasional Relawan BeRtuHaN (Bersama Rakyat Bantu Harimau Nasional) Syafrizal El Batubara, sikap yang ditunjukkan tim pemenangan Prabowo-Hatta tersebut bukan sikap seorang kesatria, namun lebih kepada sikap seorang pecundang yang takut akan kekalahan.
"Sepantauan kami (Relawan BeRtuHaN-red), tidak ada kecurangan saat Pilpres lalu khususnya Sumatera Utara. Bahkan temuan kami, yang cenderung melakukan kecurangan itu di kubu sebelah (Prabowo-Hatta) karena terindikasi mengerahkan seluruh Ketua KPPS di Kota Medan untuk menjadi tim sukses mereka. Nah kalau sudah begini, siapa mengatakan siapa coba," ungkapnya kepada medanbagus.com, Rabu (30/7/2014) siang.
Lebih lanjut Syafrizal menyebutkan, Prabowo-Hatta hendaknya belajar atas Pilkada di DKI setahun yang lalu. Dimana kala itu, Fauzi Bowo dan Jokowi tengah bertarung memperebutkan kursi DKI 1 dan akhirnya dimenangkan oleh pasangan Jokowi-A Hok.
"Begitu mengetahui Jokowi-A Hok menang pada kontes pemilihan Gubernur DKI melalui Quick Count, Foke (sapaan akrab Fauzi Bowo) secara secara langsung menyatakan ucapan selamatnya kepada pasangan yang menang. Mengapa Prabowo-Hatta tidak melakukan hal serupa, itu baru sikap yang berjiwa besar," pungkasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA