Ratusan warga Huta (Dusun) Sirogit, Nagori (Desa) Marjandji Pisang, Kecamatan Panombean Panei, Kabupaten Simalungun, termakan isu yang menyebutkan, kalau seorang janda miskin, Erli Simarmata memelihara “begu ganjang”. Akibat isu itu, ratusan warga, sekira jam 01.00 WIB, mendatangi rumah Erli Simarmata. Tanpa rasa belas kasihan, ratusan warga langsung merusak rumah korban. Korban yang hidup pas-pasan dari hasil kerja kerasnya sebagai buruh tani, tak mampu berbuat banyak, selain memikirkan keselamatan diri dan anak-anaknya.
Rumah semi permanen, kira-kira berukuran 5 meter kali 13 meter itu-pun dibongkar paksa oleh warga sekitar. Tidak hanya itu, perabotan yang terdapat didalam rumah korban, juga tidak luput dari amukan warga. Selanjutnya, hasil bongkaran rumah dan perabotan dibakar warga ditempat terpisah. Api dan asap-pun membubung tinggi malam itu.
Malam itu, merasa nyawanya terancam, janda miskin itupun memilih melarikan diri bersama anaknya. Dalam pelariannya, korban sempat menghubungi ponsel Pangulu Marjandji Pisang, Parlindungan Hutagalung. Namun oleh Pangulu itu, korban diminta untuk menghubungi polisi.
Karena tidak tahu harus kemana lagi, korban-pun memilih mendatangi rumah Pangulu tersebut, yang jaraknya sekira 500 meter dari rumah korban. Selanjutnya, Erli bersama anaknya bersembunyi disana, selama warga melakukan aksi brutalnya.
Informasi yang dihimpun, korban disebut sebut sudah lama dicurigai warga memelihara “begu ganjang”. Persisnya, sejak tahun 2010 yang lalu. Dimana, pada saat itu, korban sempat menjalani proses hukum terkait isu “begu ganjang” tersebut. Namun karena tidak terbukti bersalah, korban dibebaskan oleh Pengadilan Negeri (PN) Simalungun.
Hanya saja, isu “begu ganjang” itu kembali menerpa korban, pasca meninggalnya dua pemuda setempat. Kematian dua pemuda itu dianggap warga tidak wajar dan berhubungan dengan “begu ganjang”.
"Inang (ibu) itu, suda lama dicurigai memelihara “begu ganjang”. Dia juga sempat di proses di Pengadilan terkait hal itu. Nah, mungkin kemarahan warga memuncak seiring adanya kematian dua pemuda yang dianggap tak wajar," ujar P Sinaga warga sekitar.
Pun begitu, Sinaga mengaku tidak setuju dengan tindakan warga se kampungnya tersebut.
"Secara pribadi, aku tidak setuju dengan sikap yang dipertontonkan warga. Namun, aku tidak punya kekuatan untuk mencegah amukan warga tadi malam," sebutnya.
Sementara itu Erli Simarmata mengatakan, dirinya sama sekali tidak pernah berhubungan dengan hal mistis. Serta tidak pernah membuka praktik perdukunan, pengobatan tradisional dan tidak mengerti tentang ilmu tentang santet.
"Boruku (anak perempuan) meninggal 2 tahun lalu, karena tumor hati dan asam lambung. Diobati kerumah sakit. Kalau aku bisa mengobati orang sakit, kenapa aku antar anakku kedokter," ungkapnya.
Terkait tindakan warga melakukan pengrusakan dan pembakaran rumah korban, aparat Polres Simalungun sudah mengamankan 28 orang warga Huta Sirogit, Nagori Marjandji Pisang. Saat ini, ke 28 warga tersebut sedang menjalani pemeriksaan, untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya.
"Sedang kita periksa," ujar Kasubbag Humas Polres Simalungun, AKP P Aritonang.
Sementara itu, Camat Panombean Panei, yang berada dilokasi pasca kejadian, mengaku sangat menyesalkan aksi brutal yang dilakukan warganya terhada janda miskin, Erli Simarmata. Untuk menghindari kejadian serupa dikemudian hari, Camat bersama unsur pimpinan Kecamatan Panombean Panei, akan mengumpulkan tokoh masyarakat dan warga Huta Sirogit, Nagori Marjandji Pisang.[rgu]
KOMENTAR ANDA