post image
KOMENTAR

Seharusnya lembaga-lembaga survei tidak hanya berbicara metodologi sempit sebatas margin of error dalam hitung cepat Pilpres lalu. Tetapi, lembaga survei harus lebih jauh menjelaskan keterwakilan sampel atas populasi.

Lembaga-lembaga survei harus menjelaskan berapa sampel TPS yang diambil dari masing-masing wilayah, berapa pemilih nomor 1 dan 2 di masing-masing TPS. Jika perlu, sebutkan satu persatu TPS mana saja yang dijadikan sampel.

Demikian disampikan Pengajar Metodologi Statistik, Hidayat Huang, yang meluruskan mengenai margin of error karena perdebatan para "ahli" quick count banyak berkisar pada berapa persen margin of error. Penjelasan Hidayat juga sudah ia tuangkan di halaman kompasiana.

"Lembaga survei jangan memperkeruh suasana dan membodohi masyarakat dengan menyajikan angka yang tiba-tiba muncul dari langit tanpa menjelaskan secara detail dari mana angka tersebut muncul. Bahkan mengklaim bahwa hasil quick count yang paling benar dibandingkan hasil KPU sekalipun. Konyol," kata Hidayat.

Masyarakat harus lebih memahami bahwa hasil quick count adalah hasil penghitungan sebagian TPS, bukan keseluruhan TPS. Kita harus memaklumi itu dan membuka ruang kemungkinan salah.

"Tentu hasil penghitungan KPU-lah yang paling benar dan mengikat, yang pasti margin of error-nya nol. Jangan sampai kita tergiring opini dengan terlalu dini mengatakan salah satu pasangan menang menjadi presiden," tegasnya.[rmol/rgu]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa