Dengan membawa poster dan spanduk, massa berharap calon presiden dan calon wakil presiden yang terpilih dalam Pilpres 9 Juli 2014 tidak merugikan masyarakat kecil.
"Indonesia kita nilai belum siap untuk melakukan demokrasi," kata pimpinan aksi, Rizal dalam orasinya.
Namun, massa juga menyerukan agar pemimpin negara terpilih tidak bersikap represif. Apalagi bertindak seperti militerisme yang terkesan menindas.
"Siapapun presiden terpilih nantinya, kami berharap agar pemimpin baru ini tidak otoriter," katanya.
Mereka mengidamkan, pemimpin mendatang harus mengayomi rakyat, bukan malah menindas. "Kami berharap pemimpin ke depan adalah orang yang dekat dengan rakyat. Tidak berlatar belakang militerisme," teriak pendemo.
Dikatakannya, pemerintah selalu dijadikan umpan oleh pemilik modal agar pemerintah berhadapan langsung dengan rakyat.
"Pemilik modal hanya berlindung di balik ketiak negara dan pemerintah pun mengamininya. Untuk memuluskan para pemodal ini, pemerintah yang kapiltalis membuat UU yang pro kebebasan terhadap rakyat," jelasnya.
Untuk itu, Komite Tani Menggugat Sumut menyatakan sikap mengutuk keras atas tindakan representatif dan militeritik yang dilakukan TNI-Polri terhadap petani di Indonesia.
Massa juga mengecam atas tindakan intimidasi dan premanisme yang dilakukan Gubernur Sumut terhadap pers. "Kita meminta untuk menghentikan segala bentuk tindakan militeristik dan represifitas yang dilakukan aparat terhadap rakyat, serta tangkap dan adili penjahat HAM," jelasnya.
Massa juga meminta untuk menghentikan kriminalitas terhada rakyat miskin serta meminta kepada pemerintah segera menyelesaikan seluruh konflik agraria tanpa adanya intimidasi dan represifitas kaum buruh. [zul]
KOMENTAR ANDA