Saat ini ada kekhawatiran terjadinya ketidakamanan, bahkan potensi keributan di seputar Pilpres 2014. Salah satu sebabnya adalah jumlah kontestan Pilpres yang terdiri hanya dua pasangan.
"Ini membuat persaingan menjadi sangat tajam dan 'zero sum game'. Apalagi, MK memutuskan Pilpres 2014 hanya satu putaran. Tambahan lagi, persaingan antara pasangan Jokowi-JK VS Prabowo-Hatta kini semakin ketat, bahkan bisa disebut sebagai 'neck-to-neck rally'," kata ilmuwan politik, Muhammad AS Hikam, lewat akun facebook pribadinya, beberapa saat lalu (Kamis, 3/7/2014).
Diamati Hikam bahwa konsensus publik mengarah pada kemungkinan terjadi "crossing" antara kedua pasangan tersebut. Ini juga akan semakin memicu kompetisi antar pendukung, termasuk makin kerasnya kampanye hitam.
Namun dia tegaskan, belum pernah dalam sejarah Pemilu di Indonesia terjadi keributan yang bisa mengganggu keamanan penyelenggaraan secara nasional, apalagi mengganggu keamanan nasional. Pemilu-pemilu di Indonesia, sejak pertama pada 1955 sampai 2009, bisa dikatakan berlangsung baik, walaupun tentu kualitas penyelenggaraannya bisa diperdebatkan.
Sebelumnya, Presiden SBY mengeluarkan tujuh instruksi kepada Polri bersama TNI dalam mengemban tugas pengamanan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014.
Di antara tujuh intruksi tersebut adalah, pertama, meminta jajaran Polri dan TNI tidak menganggap ringan situasi. Lebih baik siap hadapi kemungkinan apapun yang bisa terjadi.
Kedua, Polri dan TNI siap dan siaga di seluruh Tanah Air sebelum tanggal 9 Juli hingga beberapa hari setelah itu, atau hingga situasi benar-benar aman. Operasi pengamanan oleh pihak kepolisian harus terus berlangsung.[rmol/rgu]
KOMENTAR ANDA