Ketua Panwaslu Nias Selatan mulai pesimis terhadap hasil rekapitulasi suara ulang di tingkat Panitia Pemungutan Suara (PPS) Nias Selatan (Nisel) dimulai besok, Rabu (30/4/2014). Menurutnya hasil dari rekapitulasi ini bakal sulit dipertanggungjawabkan nantinya.
"Ini sudah nggak benar lagi. Bagaimana pun Pemilu di Nisel sudah gagal," katanya, Selasa (29/4/2014)
Sulit bagi Panwaslu Nisel untuk mempercayai hasil rekpaitulasi nanti. Sebab mereka sendiri tidak mendapatkan formulir C1 hasil rekapitulasi penghitungan suara dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Sehingga tidak ada data pembanding yang dapat mereka awasi.
Hanya beberapa desa saja yang mereka dapatkan C1-nya. Panwaslu pun nanti meminta agar kotak suara dibuka untuk dihitung kembali. Sebab tidak ada lagi dokumen yang mereka percaya. Termasuk C1 plano dan C1 berhologram diragukan kebenarannya. Semua disinyalir telah dimainkan.
Titoni mengungkapkan, sejumlah Panitia Pengawas Lapangan (PPL) mereka telah dikelabui oleh KPPS. Saat proses penghitungan semua berjalan normal. Namun saat akan menuliskan hasil rekpaitulasi di formulir C1 semua KPPS sepakat untuk istirahat. Dan baru dibuka kembali pada pukul 03.00 WIB dini hari. Saat itu tentu PPL mereka yang hanya satu orang satu TPS tidak bisa terus-terusan mengikuti. Saat meminta C1 keesokan harinya, justru tidak diberikan.
Hal itu juga terjadi saat pemungutan suara ulang (PSU) 26 April lalu. Hanya TPS di dua desa yang mereka dapatkan. Selebihnya tidak diberikan bahkan ada yang menghilang sama sekali PPS-nya.
"Kami kasi tenggat waktu sampai 28 April semalam, tapi mereka tidak serahkan juga," keluhnya.
Karena itu dia apatis proses rekapitulasi ulang bisa berjalan dengan baik. Apalagi terkesan dipaksakan untuk mengejar waktu batas akhir rekapitulasi nasional pada 9 Mei mendatang.
"Ini nggak akan siap, tapi mau bagaimana lagi," ungkapnya. [rgu]
KOMENTAR ANDA