Ketua Dewan Direktur Sabang Merauke-Circle Syahganda Nainggolan sejak awal sudah mengatakan, kalau perolehan suara PDI Perjuangan hanya 20 persen, berarti penunjukan Joko Widodo sebagai calon presiden tidak berpengaruh. Karena itu, lebih baik keputusan tersebut dievaluasi bahkan dibatalkan.
Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan, suara PDIP hanya sekitar 19 persen. Ini jauh meleset dari perkiraan sebelumnya yang diprediksi mencapai 30 bahkan 35 persen kalau Jokowi dideklarasikan sebelum pemilihan legislatif.
"Sekarang sudah terbukti, tidak ada Jokowi effect. Megawati harus membatalkan pencapresan Jokowi," tegas Syahganda dalam diskusi "Suksesi Kepemimpinan Nasional di Tengah Capres Bermasalah yang digelar HAMAS di gedung Juang, Jakarta, (Senin, 14/4).
Karena itu, Syahganda yakin akan pemberitaan The Jakarta Post yang menyebutkan bahwa Puan Maharani marah sehingga mengusir Jokowi dari rumah Megawati Soekarnoputri.
Menurut Syahganda, harian berbahasa Inggris itu sangat hati-hati dalam menulis, ditambah sumbernya adalah internal elit partai berlambang kepala banteng itu sendiri.
Namun, bukannya sadar, Jokowi malah bermanuver dengan mengunjungi beberapa tokoh partai. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta itu membangun koalisi dengan Partai Nasdem.
"Ketika berkoalisi dengan Surya Paloh, dia akan mati langkah ke kelompok lain. Karena Surya Paloh bermusuhan dengan Aburizal Bakrie dan Hary Tanoe. Padahal di Pilpres media sangat penting, berbeda dengan pileg. Sementara yang paling menguasai media itu Hary Tanoe dan Aburizal Bakrie," tekan Syahganda.
Manuver Jokowi itu juga menunjukkan mantan Walikota Solo itu pantik. Sehingga dia membabi buta.
"Jadi sangat berbahaya. Dia langsung memutuskan koalisi dengan Surya Paloh tanpa mempertimbangkan jajaran partai. Masak pengantin langsug jadi ketua tim sukses untuk dirinya sendiri. Mestinya dia menunggu Megawati mengumumkan ke publik siapa yang memimpin perundingan," demikian Syahganda. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA