Komisi Pemilihan Umum berencana menggelar pemungutan suara ulang (PSU) di sejumlah daerah. Langkah ini dianggap akan menguntungkan pihak tertentu.
Pemerhati politik UIN Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago melihat penyelenggaraan Pemilu 2014 seolah-olah sukses, namun banyak indikasi pelanggaran terjadi seperti surat suara yang salah dapil, termasuk juga PSU. Hal ini berpotensi kecurangan tinggi, sebab kotak suara hanya aman sampai tingkat kecamatan.
"Saya melihat energi Panwaslu untuk mengawas pemilu sudah mulai hilang, jadi rawan kecurangan dalam PSU. Tandanya kalau nanti jauh beda hasil hitung cepat dengan putusan pleno KPU maka wajib kita curigai. Apalagi ada sesuatu yang mengejutkan nanti, seperti PBB dan PKPI jadi lolos parliamentary threshold," katanya seperti yang dilansir Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online, Minggu (13/4/2014).
Dia mengatakan, PSU dapat merubah keyakinan pemilih akan parpol dan caleg yang hendak dipilihnya. Langkah ini juga membuat kecurangan dengan mempengaruhi pemilih makin masif.
"Itulah yang menjadikan PSU tidak ada sensasinya lagi, otak kanan dan otak kiri seseorang telah tergiring. Ya pastilah karena pemenangnya sudah tahu dan tidak ada rahasianya lagi. Hasil survei saja bisa menggiring pemilih. PSU itu kejahatan negara, walaupun banyak meleset juga," beber Pangi.
Banyaknya PSU juga memperjelas kinerja buruk KPU pusat dan daerah selaku penyelengara pemilu. Nilai penting pemilu yakni bebas, jurdil, rahasia dan langsung jadi kehilangan makna.
"PSU jangan terjadi lagi. KPU terlena saya lihat akibat euforia dan pujian parpol pemenang. KPU harus evaluasi pileg sehingga menjadi pelajaran penting untuk pilpres besok," demikian Pangi. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA