Banyak para politisi dari pelbagai parpol peserta pemilu yang menyesalkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait anatomi penyelenggaraan pemilu legislatif 2014.
Akibatnya, mereka mengaku harus bekerja ekstra, selain mengkampanyekan diri, mereka juga dituntut untuk mensosialisasikan teknis pemilu.
Menurut Jonkers Tampubolon, politisi dari Partai Golkar Sumut, secara umum, pelaksanaan sosoialisasi pemilu legislatif 2014 memang sangat lemah dan sangat kurang maksimal. Bahkan sampai hari ini masih banyak rakyat yang bingung tentang apa itu pemilu, bagaimana bentuknya dan apa tujuannya.
"Terus terang tugas yang semestinya menjadi tanggungjawab KPU untuk mensosialisasikan teknis pemilu mau tak mau juga harus kita lakukan. Kalau tidak kita khawatir kampanye yang kita lakukan justru akan sia-sia," ujarnya, Senin (7/4/2014).
Ekses lain dari rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pemilu ini, kata Jonkers, justru yang menjadi penyebab rakyat calon pemilih kita begitu rentan terkena virus "wani piro".
"Menurut saya wani piro itu tidak berada di depan, melainkan cuma ekses dari rendahnya pengetahuan masyarakan tentang pemilu dan tujuannya," jelasnya.
Sementara pengamat sosioligi politik Sumut, Shohibul Anshor Siregar mengatakan, caleg yang rentan jadi sasaran wani piro sebenarnya adalah caleg yang kurang atau sama sekali tidak memiliki ikatan sosial, kultural dan emosional dengan mayarakat di dapilnya.
"Misalnya dia orang Jakarta dan berdomisili disana. Tiba-tiba dia jadi caleg dari daerah pemilihan Sumut hanya kebetulan punya marga saja. Karena tidak mengenal lapangan dan dia pun tidak dikenal orang, dia jadi gamang dan akhirnya jadi sasaran wani-piro," ujar Shobul, Selasa (8/4/2014).
Shohibul bahkan tidak meragukan dalam pemilu 2014 ini, penyakit wani-piro akan bersinergi dengan mental politik uang yang masih menjadi andalan para politisi di partai manapun untuk meraih suara rakyat.
Yang parahnya lagi, kata Shohibul, pada pemilu 2014 ini banyak muncul broker suara rakyat yang gencar menawarkan sejumlah massa yang dia klaim sebagai massanya kepada para caleg.
"Lucunya, ada pula broker suara rakyat itu yang ngaku punya massa konkrit 3 ribu sampai lima ribu orang. Saya jadi heran, kalau memang dia punya massa sebanyak itu, koq bukan dia saja yang maju jadi caleg ya?," tandasnya. [ded]
KOMENTAR ANDA