Artis Bella Saphira menghadiri pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pengurus Besar Ikatan Sarjana Melayu Indonesia (PB ISMI) di Aula Quba, Asrama Haji, Jalan Abdul Haris Nasution Medan, Jumat (28/2/2014).
Mengenakan busana anggun bermotif tenunan, Bella mendampingi suaminya Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti dalam Rakenas yang akan berlangsung selama selama 3 hari, sejak Kamis 26 Februari hingga Sabtu 1 Maret 2014 mendatang.
Pada kesempatan itu Mayjen Agus Surya Bakti, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ikut memotivasi kepada warga melayu untuk mampu menunjukkan kekuatan diri sendiri agar bisa maju.
Sembari mengenang masa kecilnya di perkebunan IX Kuala Bingei (sekarang Stabat), yang bertekad menjadi orang besar. Maka bertekad keluar dari kampung yang mayoritas warga Melayu, dan masuk angkatan darat.
"Sebagai putra asli Melayu saya memotivasi pemuda-pemudi untuk menunjukkan kekuatan dari diri sendiri dan jangan pantang menyerah untuk menjadi maju," ujar Agus.
Selain itu Agus juga menyampaikan warga Melayu untuk lebih berbaur dengan etnis lain saat itu kita bisa melihat sejauh mana kekuatan pada diri.
Rakernas mengusung tema "Wujudkan Masyarakat Melayu yang Sejahtera dan Berdaya Saing" itu sendiri dibuka langsung Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Tengku Erry Nuradi. Turut hadir Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Medan, Tengku Dzulmi Eldin, bersama istrinya.
Terlihat sejumlah pemangku adat Melayu, Sultan Langkat, Rektor UMSU, akademisi, ulama, tokoh-tokoh Melayu Sumut dan nasional, serta ormas Melayu ikut meramaikan Rakernas tersebut.
Wagubsu Tengku Erry Nuradi yang juga selaku Ketua Umum PB ISMI mengatakan, etnis Melayu bukanlah suku mayoritas di Sumut. Populasi etnis Melayu bahkan hanya menempati urutan keenam. Meski begitu, etnis Melayu tidak boleh berkecil hati karena memiliki sejumlah guru besar, tokoh dan konseptor handal.
"Kita mengetahui bahwa banyak guru besar, professor, doktor, tokoh terkenal dan konseptor handal dari etnis Melayu. Tetapi etnis Melayu juga tidak boleh pongah dan sombong. Kelebihan yang ada layaknya digunakan untuk membangun bangsa," ujar Erry.
Oleh karena itu, etnis Melayu yang pupulasinya relatif kecil sekitar 10%, harus memberikan manfaat bagi negara dan bangsa Indonesia. Perjuangan Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menelurkan ikrar; berbangsa satu bangsa Indonesia dan berbahasa satu bahasa Indonesia, harus menjadi semangat bagi etnis Melayu untuk lebih berperan dalam pembangunan bangsa.
"Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Makna dari Sumpah Pemuda itu adalah bahasa Indonesia adalah sarana pemersatu dari ratusan etnit yang ada. Sampaikan kapanpun, etnis Melayu dimanapun berada, harus menjadi pemersatu bangsa," harap Erry. [ded]
KOMENTAR ANDA