Jamaah Pengajian Ihya Ulumuddin dari Thariqat Samaniyah Naqsabaniyah Jalan Karya Bakti Medan, mengaku menyesalkan sikap MUI Sumut yang menyebabkan terjadinya kekisruhan dan bentrok antar umat islam dalam dua minggu terakhir.
Menurut pihak Thariqat Samaniyah, penyebab dari kekisruhan karena tidak adanya dialog khusus yang dilakukan terhadap kedua belah pihak. " Jangankan diajak berdialog, kami bahkan hanya dinilai secara sepihak. Dan, sikap tertulis MUI yang sekarang dimanfaatkan berbagai pihak untuk menciptakan suasana tidak kondusif, sebenarnya masih kami ragukan keabsahannya. Sebab, hingga saat ini pihak pengajian tidak pernah secara resmi mendapatkan salinannya dari MUI," demikian ungkap salah seorang juru bicara pengajian Ihya Ulumuddin Thariqat Samaniyah Naqsabandiyah, Ustad Abdul Rahim S ag Mpd, kepada wartawan di Pusat Pengajian, Jalan Karya Bakti No 18 Medan, Minggu (19/1).
Bahkan pertemuan yang dilakukan di Pusat Pengajian oleh Ustad Abdul Rahim S ag Mpd, Aswat dan Ustad Ikhmal Khoir Hasibuan, sebagai jamaah pihaknya mengaku kalau MUI membuat persepsi masyarakat tidak hanya dipengaruhi informasi satu arah.
Menurut Ustad Abdul Rahim, MUI Sumut diminta memfasilitasi dialog terbuka yang turut menghadirkan pengajian Ihya Ulumuddin. Dialog terbuka ini pun mesti pula disaksikan seluruh unsur muspida, baik Sumut maupun Kota Medan.
"Kita sangat berharap MUI Sumut dapat sesegera mungkin menggelar dialog dalam menyelesaikan masalah kilafiah ini, serta bertanggung jawab terhadap keadaan yang sekarang tengah terjadi serta bertanggung jawab terhadap keadaan yang sekarang tengah terjadi," ujar Abdul Rahim.
" Hal ini harusnya ditempuh dan diselesaikan dengan cara damai dan santun. Kita ini umat islam yang rahmatan lil alamin, bukan demonstran radikal yang menganggu ketertiban umum. Untuk itu, atas nama pengajian Ihya Ulumuddin, seluruh jamaah memohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat umum. Jamaah hanya mempertahankan tempat ibadah dan belajar agama semata. Mohon kepada warga memahami posisi kami yang saat ini juga sedang terjepit oleh fitnah-fitnah tak berdasar, sehingga kami harus mempertahankan diri dan keyakinan ini," ujar Abdul Rahim.
Atas bentrok yang pecah antar kedua belah pihak, pihaknya, mengaku menahan diri dan tengah menunggu proses hukum yang berjalan sesuai dengan prosedur yang ada, jadi tidak dengan cara kekerasan dan pemaksaan. "Islam tidak mengenal kekerasan bila tidak terpaksa. Untuk itu, kami mohon warga sekitar mesjid agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Apalagi saat ini proses hukum sedang berlangsung," jelas Abdul Rahim.
Menurutnya, proses hukum sendiri saat ini sudah ada di tangan Polresta Medan. Atas peristiwa bentrok, pihak Ihya Ulumuddin juga mengaku telah melaporkan fitnah atas tuduhan pelecehan seksual terhadap pimpinan pengajian Ihya Ulumuddin. Termasuk, melaporkan peristiwa penganiayaan dua jamaah yang dilakukan oleh kelompok pendemo.
"Kami juga punya saksi dan bukti. Perempuan yang dibilang dilecehkan yang dicatut untuk menyudutkan pengajian, hingga saat ini masih menjadi jamaah di pengajian ini. Seperti Lisnawati (39) warga Tanjung Anom Khairiah Hasibuan, warga Rantau Parapat dan kami bisa menghadirkannya untuk menjadi saksi. Dimana mereka mengaku heran mengapa Buya Syeikh Muda AA difitnah seperti itu," ujar Abdul Rahim.
Soal penistaan agama, lanjut Abdul Rahim, hal itu merupakan fitnah dan telah diambil langkah melalui pihak Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kota Medan.
"Untuk itu, mari kita hormati proses yang sedang berlangsung. Hati-hati bahwa situasi ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan yang sama sekali tidak dalam rangka menjaga keluhuran nilai-nilai islam. Saya cuma minta mari kita selesaikan dengan damai," tambah Abdul Rohim.[rgu]
KOMENTAR ANDA