
"Ketika dibawa dari Karo memang sudah lemas, tidak mau makan sampai akhirnya mati," kata Kepala BBKSDA Istanto, Sabtu (18/1/2014).
Istanto menyebutkan setelah satwa tersebut mati, mereka kemudian melakukan otopsi. Hasilnya, dari paru-parunya ditemukan banyak abu vulkanik yang bersumber dari letusan Gunung Sinabung. Kondisi inilah yang diduga penyebab utama kematiannya.
"Jadi memang sudah parah, karena terpapar abu vulkanik sudah cukup lama," ujarnya.
Bangkai satwa endemik Pulau Sumatera ini rencananya segera diproses untuk mengawetkan. Nantinya hal tersebut akan menjadi bahan penelitian.[rgu]
KOMENTAR ANDA