Terlalu didramatisir apabila tahun 2014 disebut-sebut sebagai tahun politik. Sebab, tahun politik sudah terjadi sejak pascareformasi atau runtuhnya rezim Orde Baru yang dipimpin oleh (almarhum) Presiden RI kedua, Soeharto.
Begitu dikatakan pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi dalam sebuah diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (4/1/2014).
"Memang di 2014 ada Pileg dan Pilpres yang membuat politik lebih hangat. Dinamika politik memang tetap ada. Tapi saya kira kita terlalu mendramatisasi tahun politik 2014," kata Burhan, sapaannya.
Bulan-bulan Pileg dan Pilpres, lanjutnya, akan berlangsung seperti lari maraton. Para calon akan berlari kencang untuk memperoleh hasil akhir dengan senyuman.
Menurutnya, akan terjadi tiga kampanye dalam Pileg dan Pilpres. Kampanye itu, yakni kampanye positif, kampanye negatif, dan kampanye hitam.
Kampanye positif, kata dia, para calon akan mensosialisasikan hal yang baik tentang dirinya, pencitraan, dan menggali hal-hal positif. Kampanye negatif, mereka mengeluarkan 'paket kampanye' yang berbau negatif untuk lawan-lawannya hingga babak belur.
"Lalu kampanye hitam, ini terkait isu-isu kampanye hitam memang tidak ada dasarnya," imbuhnya.
Kampanye-kampanye itu, sambung dia, akan dilakukan di tingkat nasional maupun lokal. Masing-masing calon juga akan blak-blakan membuka kasus-kasus hukum yang melibatkan kader suatu partai. [rmol|dito]
KOMENTAR ANDA