MBC. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menyatakan prihatin atas tindakan keras Mesir terhadap Ikhwanul Muslimin setelah pemerintah yang dilantik militer, menyatakan kelompok itu teroris.
"Kerry menyatakan prihatin terhadap tindakan pemerintah Mesir 25 Desember tentang penyebutan Ikhwanul Muslimin sebagai teroris dan penahanan serta berbagai penangkapan baru-baru ini," kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki dalam pernyataan mengutip pembicaraan via telepon Kerry dan rekannya di Kairo, Menteri Luar Negeri, Nabil Fahmy, seperti dilansir dari AFP, Jumat (27/12).
Mesir telah menyalahkan presiden terguling dari kubu Islam Mohamed Moursi atas bom bunuh diri di Mansoura pada Selasa (24/12) kemarin, yang diklaim oleh satu kelompok jihad.
Sebagai tanggapan, Kairo menyatakan Ikhwanul sebagai kelompok teroris dan Kamis (26/12) mengepung para anggota kelompok yang sudah lama menjadi gerakan politik dan sosial terorganisasi terbaik di negara itu.
Selama pembicaraan telepon, lanjut Psaki, Kerry dan Fahmy sepakat bahwa tidak ada tempat kekerasan di Mesir. Prang-orang Mesir layak hidup dalam suasana damai dan tenang. Tetapi Kerry juga menekankan perlunya proses politik inklusif di seluruh spektrum politik yang menghormati hak asasi manusia dari semua rakyat Mesir untuk mencapai stabilitas politik dan perubahan demokratis.
Gerakan terbaru di Kairo menyebabkan penurunan dramatis bagi Ikhwanul Muslimin sejak Moursi digulingkan pada 3 Juli di tengah protes besar-besaran yang menuduhnya mengkhianati "revolusi" 2011 yang menggulingkan Hosni Mubarak dan diduga mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan kelompok Islam.
Ikhwanul Muslimin masih menyelenggarakan protes hampir setiap hari meskipun fakta bahwa lebih dari 1.000 orang, terutama Islam, telah tewas dalam bentrokan di jalan-jalan dalam beberapa bulan terakhir dan ribuan lainnya ditangkap, termasuk pemimpin Ikhwanul Muslimin.[rmol/hta]
KOMENTAR ANDA