Sudah empat hari penyanyi dan seniman ternama Melanie Subono mencoba berkomunikasi dengan Presiden SBY via Twitter @SBYudhoyono. Melanie yang juga adalah seorang aktivis buruh, mencoba menggugah hati Presiden SBY agar turun tangan membantu buruh migran Indonesia yang menghadapi kesulitan di Malaysia, Saudi Arabia dan negara lainnya.
Menurut Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), usaha Melanie akan sia-sia.
"Memang pada hakikinya, Twitter adalah sarana komunikasi dua arah. Namun tidak seperti pemimpin lain, SBY menggunakan Twitter hanya untuk komunikasi satu arah, dan tidak pernah untuk membicarakan masalah yang benar-benar dihadapi rakyatnya" ujar Jajat melalui rilis medianya, Rabu (26/12/2013).
Jajat berpendapat, sedikitnya ada tiga alasan mengapa Presiden SBY tidak pernah menjawab twit rakyatnya di Twitter, dan juga di Facebook.
"Pertama, mungkin kita semua telah dibohongi. Mungkin pengelolaan akun secara keseluruhan diserahkan kepada staff kepresidenan,"
Patut disadari, staf kepresidenan tentu memiliki rasa takut karena ini adalah atas nama Presiden, Jika salah menanggapi rakyat akan panjang urusannya.
"Ini menjelaskan kenapa walau sudah hampir satu tahun presiden punya Twitter, tidak ada pernah diskusi dengan rakyat di Twitter" papar Jajat mengutip kajian NCID mengenai peran media baru di demokrasi moderen Indonesia.
Alasan kedua, presiden mungkin memang tidak memiliki kepedulian untuk membuka halaman "mention" dan menjawab langsung keluhan warganya. Alasan ketiga, presiden dan stafnya kemungkinkan mengalami sebuah kondisi yang sekarang populer dinamakan gaptek. Sehingga tidak mengerti cara menggunakan Twitter, tidak tahu jika rakyat selama ini ingin komunikasi dengannya, dan membutuhkan jawaban dari Presiden mereka.
"Presiden seharusnya memanggil Prabowo Subianto, Mahfud MD, Yusril Izra Mahendra, Dahlan Iskan ke istana untuk belajar pengelolaan Twitter dari mereka. Sebab di lingkungan Presiden, Wapres Boediono dan Mendag Gita Wirjawan adalah juga contoh gagal bagaimana seorang pejabat publik memanfaatkan media baru" tutup Jajat.[rmol/hta]
KOMENTAR ANDA