post image
KOMENTAR
Kepala Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai menyatakan pemahaman ajaran agama yang sempit dapat menyuburkan bibit terorisme.

Hal itu dikemukakannya dalam sambutan dibacakan Sekretaris Utama BNPT Mayjen TNI Abdurrahman Kadir saat membuka pembekalan para dai tentang Pencegahan Terorisme Menuju Sumut yang Damai, Selasa (10/12/2013) di Hotel Grand Kanaya, Medan.

Kegiatan yang pertama di seluruh Indonesia ini diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumut bekerjasama dengan Badan Kesbangpol dan Linmas Provsu.

Hadir dalam pertemuan tersebut Wakapoldasu Brigjen Pol Basaruddin, Kasdam I/BB Brigjen TNI Anggodo, Ka BIN Sumut Brigjen TNI Cucu Sumantri, Ka Kanwil Kemenag Provsu Drs H Abd Rahim MHum, Kaban Kesbangpol dan Linmas Sumut Drs H Eddy Syofian MAP mewakili Gubsu, dan para pengurus FKPT Sumut.

Lebih lanjut Mbai memaparkan berdasarkan fakta terungkap di pengadilan atas kasus serangkaian aksi teror bom, kekerasan, dan konflik komunal sepanjang tahun 1999-2000, yang bertanggung jawab di balik aksi teror tersebut adalah mereka yang mempunyai motivasi ideologi radikal dengan mengatasnamakan agama.

Di hadapan sekira 130 dai dan khatib dari Kota Medan dan sekitarnya yang juga menghadirkan narasumber Ustaz Ali Fauzi (mantan teroris/perakit bom), Prof Dr H Syahrin Harahap, dan Mazda El Muftaz (Ka Pusat Studi HAM UNIMED), Mbai mengatakan munculnya gerakan radikal terorisme lebih disebabkan karena pemahaman agama yang sempit dan parsial.

"Mereka mengklaim paling faham tentang Alquran dan Hadist. Mereka merasa punya otoritas atas nama Tuhan untuk menghakimi faham yang berbeda," ujar mantan Kapoldasu itu seraya menyatakan yang demikian akhirnya menimbulkan aksi-aksi kekerasan.

Lebih lanjut Mbai menyatakan peran alim ulama dalam pendekatan lunak sangat diharapkan untuk memberikan pemahaman tentang ayat-ayat Alquran maupun Hadist secara utuh sehingga tidak multitafsir, sekaligus memberikan kontribusi dalam mengatasi timbulnya kekerasan yang bernuansa SARA.

Ansyad Mbai juga memuji Gubsu bersama FKPT Sumut  yang memberikan dukungan dana APBD untuk FKPT dan menggelar pembekalan dai yang pertama di Indonesia.

Terus Berulang

Gubsu H Gatot Pujo Nugoho ST MSi dalam sambutan dibacakan Eddy Syofian menyatakan terorisme merupakan isu dan kasus yang sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat.

"Terus berulang dan berkembangnya isu terorisme di Indonesia menandakan upaya penindakan semata tidak dapat menyelesaikan akar permasalahan. Menyebarkan ideologi di tengah masyarakat adalah ujung pangkal permasalahan yang harus dihadapi dengan upaya pencegahan yang sistematis, berkelanjutan, dan terukur," ujarnya.

Menurut Gubsu pengawasan individu dan kelompok organisasi, memahami keadaan sosial masyarakat, dan mengetahui sejarah dan potensi terorisme di daerah adalah langkah penting yang harus dilakukan BNPT maupun FKPT dengan dukungan Pemda.

Pemprovsu sangat mendukung upaya pencegahan terorisme dengan memberdayakan FKPT dalam APBD Sumut.

Pendekatan Lunak

Dalam dialog juga terungkap mengapa teroris selalu diidentikkan dengan umat Islam.

Sestama BNPT Mayjen TNI Abdurrahman Kadir menyatakan dalam kasus-kasus gerakan terorisme di Indonesia terungkap dalam proses pengadilan pelakunya umat Islam dan mereka berjuang mengatasnamakan agama.

Sementara itu mantan teroris yang juga pelaku perakit bom Ustaz Ali Fauzi menyatakan jihad harus ada pemimpin. Oleh karena pelaku-pelaku terorisme memiliki pemimpin.

Ia menyebutkan alat pembuat bom sangat mudah didapat sehingga diperlukan kesadaran semua pihak bahwa melakukan pemboman yang melukai semua orang sangat dilarang oleh agama.
    
Ia mengaku belajar merakit bom selama dua semester di salah satu universitas di luar negeri dan pernah mengikuti pendidikan militer Mujahidin Moro Philipina yang telah bertobat dan kini menjadi duta perdamaian pencegahan terorisme.

Dari 13 bersaudara berkandung, ia menyatakan 3 orang diantaranya terlibat dalam teroris yakni Amrozi, Ali Imron, dan ia sendiri (Ali Fauzi). Mereka berasal dari sebuah desa di Jatim yang merasakan pemahaman agama yang parsial dan tidak utuh salah satu penyebab rentan lahirnya sikap radikalisme dan terorisme.

Ia menyatakan semua orang bisa rentan dengan pengaruh radikalisme sehingga diperlukan pemahaman agama yang utuh dan dirinya mengingatkan Medan juga berpotensi munculnya faham-faham radikal itu seraya menyatakan dirinya juga pernah melatih putra-putra asal Medan dalam kegiatan terorisme. [ded/dito]
 

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas