Ramainya pemberitaan mengenai kasus korupsi dan seperti tiada habisnya membuat media kehabisan angle dalam peliputan. Akibatnya, dalam produk pemberitaan, media cenderung mencari sisi hiburan yang bukan substansi.
"Akibatnya, media mencari angle lain dalam liputan korupsi, yaitu sisi hiburannya yang diutamakan, bukan substansinya. Makanya tersangka korupsi diberitakan bak selebriti," kata Direktur Pemberitaan LKBN Antara Akhmad Kusaeni seperti yang dilansir Antara, Jumat (6/12/2013).
Menurut Kusaeni, penindakan adalah seksi buat media, sementara pencegahan kurang menarik untuk diberitakan.
"Tetapi penangkapan-penangkapan terhadap tersangka ternyata tidak menimbulkan efek jera. Korupsi terus berlangsung dengan skala meningkat dari segi jumlah uang yang dikorupsi maupun tersangkanya," katanya.
Oleh kejenuhan itu tambah Kusaeni, wartawan kini lebih suka memberitakan sisi menariknya, seperti berapa banyak mobil mewahnya, dan siapa saja wanita-wanita di sekitar tersangka.
Bahkan dalam kasus suap Pilkada Lebak yang dikaitkan dengan Gubernur Banten Ratu Atut diramaikan berapa biaya perawatan wajah, tas jinjing Hermes koleksi Atut, atau dimana sang gubernur belanja arloji mewah, katanya.
Sementara itu, berdasarkan pantau Kemenkominfo atas berita-berita media tentang korupsi, sebanyak 75 persen berita yang diteliti terkait dengan penindakan. Hanya 25 persen berita terkait dengan pencegahan dan pendidikan budaya anti korupsi.[hta]
KOMENTAR ANDA