MBC. Pentingnya peran rakyat dalam penyelenggaraan Pemilu membuat kalangan
seniman menyebutkan posisi masyarakat ibarat "keramat" dalam pesta
demokrasi tersebut.
Hal ini diteriakkan seorang senima kota Medan, Teja
Purnama, dalam puisinya 'nasehat politisi tua pada anaknya yang jadi
caleg'.
"Rakyat itu keramat, namanya selalu jadi ajimat legislator dan pejabat,
kau mau kritik pejabat bawa nama rakyat, pejabat mau bela diri, angkat
rakyat, lalu kau dan pejabat bisa saling jabat," bunyi salah satu
sindiran dalam puisinya, di depan Relawan Pengawas Pemilu, di Hotel Novotel
Soechi, Selasa (12/11/2013).
Sindiran dalam puisi tersebut sontak membuat ratusan relawan yang
terdiri dari Ormas, Perguruan Tinggi dan Mahasiswa langsung tertawa.
Namun beberapa politisi yang juga hadir tidak menampakkan senyum di wajah
mereka. Apalagi Teja juga menyebut legislator sudah tidak memiliki rasa
malu.
"Apakah kau boleh korupsi? Jangan pernah ucapkan itu, dan kalaupun kau
tertangkap KPK, tetaplah senyum dengan wajah malaikatmu, bukankah telah
kita bunuh malu sebelum ikut pemilu?" ucapnya.
Pembacaan puisi mengawali acara penandatanganan MoU antara Bawaslu
dengan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu di Hotel Novotel Soechi, Medan.
Penandatanganan tersebut diharapkan bisa membuat pengawasan Pemilu
berjalan semakin maksimal dalam Pemilu Legislatif 2014 mendatang. [ded]
KOMENTAR ANDA