Sekitar 8 ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ditahan di penjara Imigrasi Arab Saudi kondisinya sangat memprihatikan. Mereka kekurangan pasokan makanan dan minuman. Sebagian bahkan harus minum air keran.
“Kasihan sekali melihatnya. Mereka kelaparan. Anak-anak menjerit meminta makan, para orang tua lemas,” tutur Thobibi, salah satu TKI yang bekerja sebagai desainer di Arab Saudi, seperti dilansir Rakyat Merdeka Online.
Dikatakan Thobibi, para TKI tersebut sudah dua hari dua malam ditahan di penjara Imigrasi Arab Saudi di Sumaisyi. Awalnya, pada Minggu malam (3/11), mereka berkumpul di kolong Jembatan Falestine, Jeddah. Senin pagi, mereka diangkut dengan bus dari Imigrasi Arab Saudi dan KJRI ke Sumaisyi.
Pada Selasa (5/11), lanjut Thobibi, jumlah TKI yang ditampung di Sumaisyi sekitar 7 ribu orang. Datang lagi para TKI dari Mekkah dan daerah lain. Jumlahnya sekitar seribu orang. “Sekarang sudah ada sekitar 8 ribuan,” imbuhnya.
Untuk hari pertama, kata Thobibi, para TKI ini tidak mendapatkan makan dan minuman sama sekali. Satu hari satu malam mereka kelaparan. Pada Selasa, baru ada kiriman makanan dari Tarhil (pihak penjara Imigrasi) dan KJRI. Tapi jumlahnya sangat terbatas, sehingga sebagain besar tidak kebagian. “KJRI menyediakan 1.500 bungkus nasi. Kurangnya banyak sekali,” ucapnya.
Para Selasa malam, sekitar pukul 1.30 dini hari, pihak Tarhil mengirim mengirim roti dan sayur. Lagi-lagi, jumlahnya sangat tidak memadai, sehingga harus dibagi-bagi untuk sekadar mengisi perut.
Yang lebih menyedihkan, lanjut Thobibi, banyak TKI yang sedang hamil dan membawa bayi yang masih merah. Sebagian lagi sudah sangat sepuh. “Tadi malam saya ditelepon sama yang sedang hamil. Dia mengeluah perutnya panas. Dia bilang, ‘Pak tolong, bagaimana kalau saya meninggal di sini.’ Saya langsung koordinasi dengan Pak Tatang (Tatang Razak, Direktur Perlindungan WNI Kemlu) untuk segera menolongnya,” kisahnya. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA