Tingginya angka kriminal di Kota Medan beberapa pekan terakhir ini menimbulkan kecemasan di masyarakat. Tewasnya pasutri dalam aksi kejar-kejaran dengan pelaku penjambretan, Senin (4/11/2013) dinihari, menambah daftar panjang korban kejahatan di kota ketiga terbesar Indonesia ini.Peristiwa kriminal yang terus berulang, tanpa mampu dicegah pihak kepolisian telah menimbulkan hilangnya rasa aman dan nyaman warganya.
"Mana polisi yang katanya menangkap Hercules itu? Medan makin kacau. Pasutri tewas korban penjambretan," kecam seorang warga, Budi di status Blackberry Massangernya.
Yang dimaksud Budi, adalah Kapolres Medan, Nico Afianta. Dalam rekam jejaknya saat menjabat Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Nico merupakan perwira yang menangkap Jhon Kei dan Hercules, tokoh pemuda yang lekat dengan dunia premanisme di Jakarta. (Baca: Mengenal Sosok Kapolres Medan yang Baru).
Saat dipromosikan menjadi Kapolresta Medan lewat Surat Telegram Kapolri bernomor ST/119/V/2013 tertanggal 30 Mei 2013, warga Medan banyak berharap kejahatan di Kota Medan bisa teredam.
Namun yang terjadi justru kebalikannya. Perampokan sejumlah toko emas di Medan tiga bulan lalu, sampai saat ini belum terungkap. Bahkan aksi kejahatan
di jalan raya kian marak saja. Penjambretan kian merajalela tanpa mampu dicegah.
Hingga akhirnya merengut nyawa Asmayadi Sakban dan Siska Aditya, warga Jalan Brigjen Katamso, Medan. Pasangan yang baru menikah 2 bulan itu berkorban nyawa karena berusaha menggagalkan aksi penjamretan yang mereka alami, Senin dinihari tadi, (4/11/2013).
Psikologi Kota Medan, Lodiana Ayu menilai, aksi nekat pelaku kejahatan jalanan di Kota Medan disebabkan beberapa faktor. Namun umumnya karena faktor ekonomi, demi sejengkal perutnya, pelaku tidak memperdulikan nyawa korbannya.
"Selain itu, gagalnya pemerintah mengentaskan kemiskinan ditambah lemahnya kinerja kepolisian akan membuat pelaku kejahatan bebas beraksi tanpa takut," imbuhnya. [ded]
.jpeg)
KOMENTAR ANDA