post image
KOMENTAR
Tingkah laku Presiden SBY yang makin sering mengeluh ke publik menunjukkan dia sudah ditinggalkan. Bukan saja oleh konstituennya, tapi juga oleh media massa dan lainnya.

"Kemarin, di acara temu kader Demokrat kita saksikan bagaimana SBY lagi-lagi menunjukkan dirinya tidak sebagai negarawan atau kepala negara, tapi kepala dari suatu gerombolan yang gemar marah dan memaki," ujar Koordinator Petisi 28 Haris Rusly Moti usai diskusi menyambut Hari Sumpah Pemuda bertema 'Bangkit, Bersatu & Bertanggung Jawab: Kepemimpinan Pemuda Melempangkan Kembali Jalan Kebangsaan' di Galeri Cafe, Cikini Jakarta, Minggu (27/10/2013).

Menurut Haris, di Indonesia saat ini terdapat dua jenis presiden, yakni presiden gila dan gila presiden. SBY sendiri termasuk ke dalam jenis yang pertama karena kerap marah dan merasa selalu jadi korban. Presiden SBY menjadi berubah perangai karena mulai ditinggalkan oleh media massa, EO (manajemen organisasi) yang selalu dibayar untuk pencitraan, dan lembaga survei yang dibayar untuk menempatkan elektabilitas dirinya.

"Dia sudah ditinggalkan oleh instrumen elektabilitas, dan instrumen pencitraan," kata Haris.

Dia menambahkan, untuk jenis gila presiden yaitu semua orang yang merasa mampu menjadi presiden hanya karena punya uang, punya media massa, dan merasa dirinya politikus ulung. Jenis seperti ini banyak bermunculan belakangan, menjelang Pemilu 2014.

"Itulah kenyataan yang kita hadapi saat ini. Di luar itu situasi keputusasaan masyarakat yang semakin luas," tegas Haris.[rmol/hta]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas